Mohon tunggu...
Rinnelya Agustien
Rinnelya Agustien Mohon Tunggu... Perawat - Pengelola TBM Pena dan Buku

seseorang yang ingin menjadi manfaat bagi sesama

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Perpustakaan Menuju Era Digital

13 September 2021   22:20 Diperbarui: 13 September 2021   22:28 244
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kapan terakhir kali Anda berkunjung ke perpustakaan untuk membaca atau mencari buku ? sebelum pandemi Covid-19 ? atau sudah puluhan tahun silam ? Sejak kehadiran mesin pencari Google di dunia maya, cara mendapatkan informasi tidak lagi susah dan ribet seperti era sebelum tahun 2000an.  

Cukup mengetik informasi yang ingin diketahui di Google atau menggunakan tagar di media sosial, dalam hitungan detik ratusan bahkan ribuan informasi yang diinginkan sudah terpampang di layar gawai atau laptop.

Kemudian pandemic Covid-19 menghantam di awal tahun 2020, yang berdampak besar pada segala aspek termasuk pada pencarian informasi melalui daring. 

Ketergantungan dengan internet semakin menguat di masyarakat selama pandemi. Mulai dari kebutuhan informasi, hiburan hingga kebutuhan pokok terselesaikan melalui gawai atau laptop. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan peran dan fungsi perpustakaan semakin  terlupakan.

Sebuah penelitian tahun 2019 menyebutkan bahwa waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia untuk mengakses internet kisaran 9 jam per harinya. Namun sayangnya, sepertiga waktu tersebut tidak dibarengi dengan kemampuan literasi yang mumpuni.  

Untuk urusan literasi, Indonesia masih menduduki urutan kedua terendah dengan prosentase minat baca sebesar 0,001%. Maka tidak heran, bila data menyebutkan Indonesia menduduki urutan ke lima dalam hal berkomentar di media social. Karena dari 1000 orang masyarakat Indonesia, hanya 1 orang yang benar-benar membaca.

Hal tersebut menjadi paradoks karena seharusnya dengan kemudahan akses informasi dan lamanya durasi berselancar di dunia maya mampu meningkatkan budaya literasi di masyarakat namun, ternyata budaya literasi masyarakat Indonesia masih rendah dan belum optimal kebermanfaatannya. 

Literasi sendiri berarti kemampuan individu memahami dan mengolah informasi yang diperlukan dalam kehidupan. Permasalahan rendahnya literasi ini sungguh memprihatinkan sehingga harus ada langkah serius untuk mengatasinya.

Perpustakaan sebagai institusi penyedia sumber informasi yang sudah dikenal masyarakat sejak dua abad lalu dipandang mampu sebagai salah satu agen peningkatan literasi di masyarakat.  

Oleh karenanya, perpustakaan harus mengikuti perkembangan zaman dan tidak lagi hanya berfungsi sebagai bangunan penyimpanan buku dan arsip, namun harus beralih ke  pusat pengembangan literasi informasi berbasis digital.

Sebagai bagian dari perkembangan kemampuan modern, literasi informasi merupakan keterampilan mutlak di zaman digital seperti saat ini. 

Literasi informasi tidak lagi hanya sekedar berbicara kemampuan membaca dan menulis namun juga  mencakup pengetahuan seseorang dan kemampuan untuk mengolah dan mengkomunikasikan informasi guna mengatasi masalah yang sedang dihadapi.

Perpustakaan dalam hal ini berperan sebagai wadah untuk menjembatani kebutuhan masyarakat dengan sumber bahan literasi. Hal ini sejalan dengan kebijakan Bappenas tahun 2018 mengenai Transformasi Perpustakaan Berbasis Inklusi yang bertujuan untuk meningkatkan literasi informasi berbasis digital, kualitas hidup, dan kesejahteraan masyarakat.  

Untuk mencapai tujuan tersebut, terdapat 4 peran penting yang perlu dilaksanakan oleh perpustakaan yakni, perpustakaan sebagai pusat ilmu pengetahuan, pusat kegiatan masyarakat dan kebudayaan, berdaya guna bagi masyarakat, dan pengembangan potensi individu.

Pusat Ilmu Pengetahuan

Dahulu, salah satu alasan orang tidak bisa membaca buku karena kesulitan akses mendapatkan buku. Namun sekarang, dengan hadirnya buku elektronik membaca buku bisa dinikmati seluruh kalangan, dan juga lebih praktis. 

Trend baru membaca buku secara digital direspon baik oleh berbagai perpustakaan di seluruh Indonesia, salah satunya Dinas Perpustakaan dan Arsip Kota Balikpapan melalui iBalikpapan. 

Sebuah aplikasi berbasis android untuk peminjaman buku elektronik. Di aplikasi tersebut tersedia beragam judul buku dari berbagai genre. Ada buku anak, novel, pengembangan diri, buku kuliah hingga buku resep makanan.

Inovasi lainnya yang perlu dilakukan oleh perpustakaan adalah menghadirkan kanal media informasi berbasis online yang ditayangkan secara regular di kanal seperti You Tube atau Podcast. 

Program  tersebut berisi diskusi virtual bersama para professional yang membahas issue kekinian seperti pemahaman literasi digital,  kemampuan menangkal hoax, cara berpikir kritis, aturan keamanan media social dan kompetensi literasi digital lainnya.

Perpustakaan perlu mengenal lebih dahulu siapa target pengunjungnya agar mampu membuat program yang sesuai dengan karakter pengunjung.  

Berdasarkan sensus penduduk tahun 2020, penduduk Indonesia saat ini didominasi oleh generasi Z dan milenial yang artinya berada pada rentang usia 8-39 tahun. Karakter generasi Z yang menonjol adalah pemanfaatan teknologi dalam berbagai kehidupan.

Mengacu pada fakta di atas, sudah seharusnya perpustakaan beradapatasi  dengan karakter pengunjungnya. Bila dahulu sumber informasi dan pengetahuan paling banyak didapatkan dari buku. Kini, pengetahuan bisa didapatkan dari banyak media alternatif yang hadir di dunia maya dengan tampilan yang lebih menarik dan beragam jenis.

Oleh karenanya, agar tetap diminati oleh pengunjungnya perpustakan perlu mempersiapkan buku dalam bentuk yang berbeda seperti dalam bentuk audio, visual, dan gerak. 

Contohnya saja ada buku yang dialihsuarakan menjadi audio book seperti di  podcast, atau dibacakan nyaring (metode read aloud untuk menarik minat membaca pada anak), atau buku juga bisa diubah ke dalam naskah scenario dan proses kreatif lainnya. 

Hal ini sesuai dengan UU No 43 tahun 2007 tentang Perpustakaan, yang menyatakan bahwa koleksi perpustakaan diseleksi, diolah, disimpan, dilayankan, dan dikembangkan sesuai dengan kepentingan pemustaka dengan memperhatikan perkembangan teknologi informasi dan komunikasi. 

Perpustakaan perlu menghadirkan forum interaktif online di website dan aplikasi perpustakaan, sehingga para pembaca buku dapat berkumpul untuk melakukan bedah buku secara daring.

Pusat Kegiatan Masyarakat dan Kebudayaan

Perpustakaan harus dirancang memiliki nilai kebermanfaatan yang tinggi di masyarakat. Melalui kebijakan berbasis inklusi, perpustakaan dapat menjadi ruang terbuka bagi masyarakat untuk mendapatkan solusi yang berdampak pada kesejahteraan.  

Ruang perpustakaan bukan lagi berfungsi sebagai tempat penyimpanan buku namun juga menjadi ruang komunal untuk para bloger, vloger dan komunitas anak muda mengeksplorasi kegiatan mereka. 

Serta tersedianya ruang publik di perpustakaan yang dapat diakses secara mudah dan gratis untuk pementasan seni dan budaya.

Berdaya Guna dan Pengembangan Potensi individu

Dalam situasi seperti pandemi Covid-19 saat ini, perpustakaan sebaiknya berperan untuk memberikan solusi menterjemahkan  buku ke dalam kegiatan yang nyata seperti kegiatan pelatihan keterampilan, pengembangan diri, pelatihan seni dan budaya baik imelalui metode daring ataupun luring.

Mengingat peran perpustakaan yang semakin kompleks, maka dibutuhkan upaya kolektif bersama untuk mewujudkannya melalui kolaborasi dengan berbagai pihak baik perusahaan, organisasi masyarakat, komunitas literasi, klub buku dan taman baca yang ada. 

Pelibatan tokoh masyarakat, dan para pemengaruh di media sosial juga perlu diajak bersinergi membangun perpustakaan berbasis digital. 

Mau tidak mau suka tidak suka perpustakaan sudah saatnya berubah bila tidak ingin ditinggal oleh pengunjung setianya. Seperti yang pernah disampaikan Charles Darwin " Bukan yang paling kuat yang bertahan, bukan pula yang paling pintar. Namun yang mampu paling responsif terhadap  perubahan itulah yang bertahan". Perubahan adalah keniscayaan, dan adaptasi adalah kuncinya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun