Kapan terakhir kali Anda berkunjung ke perpustakaan untuk membaca atau mencari buku ? sebelum pandemi Covid-19 ? atau sudah puluhan tahun silam ? Sejak kehadiran mesin pencari Google di dunia maya, cara mendapatkan informasi tidak lagi susah dan ribet seperti era sebelum tahun 2000an. Â
Cukup mengetik informasi yang ingin diketahui di Google atau menggunakan tagar di media sosial, dalam hitungan detik ratusan bahkan ribuan informasi yang diinginkan sudah terpampang di layar gawai atau laptop.
Kemudian pandemic Covid-19 menghantam di awal tahun 2020, yang berdampak besar pada segala aspek termasuk pada pencarian informasi melalui daring.Â
Ketergantungan dengan internet semakin menguat di masyarakat selama pandemi. Mulai dari kebutuhan informasi, hiburan hingga kebutuhan pokok terselesaikan melalui gawai atau laptop. Hal ini pada akhirnya mengakibatkan peran dan fungsi perpustakaan semakin  terlupakan.
Sebuah penelitian tahun 2019 menyebutkan bahwa waktu yang dihabiskan masyarakat Indonesia untuk mengakses internet kisaran 9 jam per harinya. Namun sayangnya, sepertiga waktu tersebut tidak dibarengi dengan kemampuan literasi yang mumpuni. Â
Untuk urusan literasi, Indonesia masih menduduki urutan kedua terendah dengan prosentase minat baca sebesar 0,001%. Maka tidak heran, bila data menyebutkan Indonesia menduduki urutan ke lima dalam hal berkomentar di media social. Karena dari 1000 orang masyarakat Indonesia, hanya 1 orang yang benar-benar membaca.
Hal tersebut menjadi paradoks karena seharusnya dengan kemudahan akses informasi dan lamanya durasi berselancar di dunia maya mampu meningkatkan budaya literasi di masyarakat namun, ternyata budaya literasi masyarakat Indonesia masih rendah dan belum optimal kebermanfaatannya.Â
Literasi sendiri berarti kemampuan individu memahami dan mengolah informasi yang diperlukan dalam kehidupan. Permasalahan rendahnya literasi ini sungguh memprihatinkan sehingga harus ada langkah serius untuk mengatasinya.
Perpustakaan sebagai institusi penyedia sumber informasi yang sudah dikenal masyarakat sejak dua abad lalu dipandang mampu sebagai salah satu agen peningkatan literasi di masyarakat. Â
Oleh karenanya, perpustakaan harus mengikuti perkembangan zaman dan tidak lagi hanya berfungsi sebagai bangunan penyimpanan buku dan arsip, namun harus beralih ke  pusat pengembangan literasi informasi berbasis digital.
Sebagai bagian dari perkembangan kemampuan modern, literasi informasi merupakan keterampilan mutlak di zaman digital seperti saat ini.Â