Mohon tunggu...
Gamal Albinsaid
Gamal Albinsaid Mohon Tunggu... Dokter - Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Wirausaha Sosial dan Inovator Kesehatan

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

The Next Normal Perjalanan, Pariwisata, Perhotelan dan Mobilitas Pasca Covid-19

19 Juni 2020   20:30 Diperbarui: 19 Juni 2020   20:33 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Indeks Kamar Malam yang Dibooking China (sumber: Shiji Distribution)

Dampak Ekonomi COVID-19 Pada Traveling?
Pada bulan April 2019, lebih dari 2 juta traveler melewati bandara Amerika Serikat setiap hari. Namun, sekarang perjalanan udara telah turun lebih dari 95%. Hari ini kita melihat kurang dari 100.000 penumpang udara di seluruh dunia. Dunia penerbangan juga dalam situasi sulit, kelompok industri penerbangan AS telah menganggurkan 3.000 pesawat atau setengah dari armada negara.

Di awal April, World Travel & Tourism Council memperkirakan bahwa industri perjalanan akan kehilangan sebesar 2,1 triliun USD. Berbagai negara membatasi penerbangan keluar dan masuk wilayahnya, akibatnya maskapai harus menghentikan operasi armadanya sampai waktu yang belum bisa diketahui. Pertanyaannya apakah ini adalah awal dari penurunan permanen perjalanan udara? Akankah semua kembali normal?

Dampak COVID-19 akan mengakibatkan banyak perusahaan atau bisnis di sektor perjalanan dan pariwisata akan memilih tutup, keluar, dan meninggalkan bisnis. 

Sebagai contoh, restoran di lokasi pariwisata dan hotel harus berjuang untuk bertahan atau memilih keluar dari bisnis. Sehingga ketika pandemi berakhir dan orang mulai pariwisata, banyak perusahaan di sektor pariwisata yang meninggalkan sektor tersebut dan membutuhkan waktu untuk pulih dan kembali beraktivitas. 

Akibatnya pilihan liburan sementara waktu menjadi lebih sedikit dan orang-orang membutuhkan waktu untuk kembali ke bisnis tersebut. Namun, disisi lain penggunaan asuransi perjalanan berpotensi meningkat pada saat The Next Normal, mengingat banyak traveler sekarang lebih peduli pada kesehatan dan keselamatan mereka.

Di bidang perhotelan, banyak yang berfikir, begitu pandemi berhenti. Perhotelan akan langsung kembali seperti sedia kala, dimana kamar penuh dengan pengunjung. Berikut ini adalah indeks pemesanan kamar di Cina. 

Grafik ini menggambarkan jumlah kamar yang dipesan di seluruh pelanggan Shiji Distribution Solutions di Cina selama pandemi COVID-19 dan di masa pemulihan. Grafik ini bisa menunjukkan bahwa dibutuhkan waktu bertahap untuk kamar hotel kembali terisi.
Kapan Kita Bisa Mulai Traveling Lagi?
Pakar mengatakan traveling akan kembali dalam 18 hingga 24 bulan. Ini adalah waktu yang dibutuhkan sampai ada lonjakan permintaan yang signifikan dan industri kembali ke tingkat normal. 

Keamanan bukanlah satu-satunya faktor yang mengakibatkan traveling memburuk. Ekonomi yang memburuk juga menjadi alasan orang-orang ragu melakukan perjalanan mewah. 

Orang akan mulai mencari opsi lokal, seperti berkemah, perjalanan darat, liburan ke dekat rumah. Liburan yang lebih murah dan terjangkau untuk mereka. Orang-orang akan ragu melakukan perjalanan udara sampai mereka merasa yakin dengan keamanan finansial mereka. 

Travel akan kembali setelah virus terkendali, sistem yang efektif dan efisien telah memulihkan kepercayaan, dan ekonomi kembali membaik. Saat ini terlalu dini mengetahui, kapan orang-orang akan mulai berlibur lagi.

Survei dari Longwoods International, sebuah perusahaan riset pasar yang fokus pada industri perjalanan, kepada 1.000 orang Amerika dewasa menemukan bahwa 82% orang Amerika telah mengubah rencana perjalanan mereka selama 6 bulan ke depan diakibatkan COVID-19, 50% mengatakan mereka akan membatalkan perjalanan, dan 45% berencana mengurangi perjalanan selama durasi waktu itu. Survei Longwoods juga menunjukkan bahwa 22% orang telah beralih dari terbang ke mengemudi.

Bergeser ke Pariwisata Lokal
The New Normal di sektor travel adalah orang bergeser dari terbang ke mengemudi, dari liburan internasional ke domestik, dari liburan jauh ke dekat, liburan mahal ke liburan murah.

Hal ini juga tampak pada survei dari pureprofile tentang kemungkinan orang traveling ketika pembatasan dicabut menggambarkan persepsi masyarakat saat ini. 

Untuk perjalanan domestik, 57% menjawab mungkin, 20% tidak mungkin, 23% tidak yakin. Sedangkan untuk perjalanan internasional, 33% mungkin, 42% tidak mungkin, 25% tidak yakin. Perjalanan udara akan lambat pulih.

Bergeser dari terbang ke mengemudi. Setelah pandemi berakhir dan ekonomi kembali orang akan lebih merasa aman untuk mengemudi jauh dari rumah dibandingkan naik pesawat terbang. 

Wisatawan akan lebih memilih perjalanan domestik yang dapat dicapai dengan mobil dan menginap di vila dibandingkan ke hotel atau resor yang ramai. Ini akan memakan waktu lebih lama sebelum orang-orang mulai menggunakan maskapai penerbangan.

Beralih dari jauh ke dekat. Yang tampaknya pasti adalah bahwa pada saat liburan, perjalanan, dan pariwisata dimulai lagi dan tumbuh kembali setelah pandemi, perjalanan akan mulai perlahan dan akan dimulai dari yang lebih dekat dari rumah. 

Pertama-tama, para wisatawan cenderung menjelajah lokasi yang tidak terlalu jauh dari rumah mereka, mengunjungi restoran lokal mereka, liburan akhir pekan dalam negeri, sebelum akhirnya orang akan memulai perjalanan internasional.

Walaupun pandemi berakhir, wisatawan yang gelisah akan tetap lebih memilih liburan ke dekat rumah mereka, sampai situasi benar-benar sudah kembali normal. 

Prinsipnya adalah pemulihan pariwisata dimulai secara lokal. Tanda-tanda awal dari New Normal adalah orang tua mulai membawa anak mereka ke taman atau kebun binatang. Setelah itu, barulah orang sedikit demi sedikit akan mulai berwisata jauh.

Perubahan di Perhotelan

Hotel sangat terpukul saat ini. Mulai dari minimnya pemesanan kamar. Banyak hotel sudah membongkar restoran mereka yang sebelumnya merupakan salah satu sumber keuntungan. 

Semakin banyak orang terbiasa dengan konferensi berbasis digital. Hal itu menyebabkan banyak konferensi dibatalkan, kamar hotel kosong, dan ballroom hotel tidak digunakan. 

Ada yang mencoba menerapkan berbagai protokol kesehatan di hotel dan restoran. Namun, itu tetap kurang efektif untuk membuat bisnis bertahan. Banyak dari usaha tetap berjalan dengan keuntungan yang sangat tipis, bahkan merugi,

Beberapa perubahan di perhotelan dalam The Next Normal adalah menyiapkan SOP New Normal. Misalnya ketika masuk ke main entrance hotel dilakukan pengecekan suhu dengan thermo gun, cuci tangan dengan sabun, menggunakan hand sanitizer, dan menggunakan masker ketika check in. 

Pelanggan bisa check in menggunakan sistem online sehingga meminimalkan terjadinya kontak fisik antara pegawai dan tamu. Proses ini juga bisa diminimalkan dengan melakukan in-room check in, sehingga tidak ada antrean di lobby utama.

Hotel harus mengupayakan tingkat kebersihan publik area juga jauh lebih ketat. Hotel harus melakukan desinfeksi lebih sering. Proses breakfast juga bisa diganti dengan in-room breakfast untuk mencegah kerumunan di restoran setiap pagi. Semua kamar dapat dipersiapkan dengan proses ozonisasi sehingga terjaga higienenya.

Pemeriksaan suhu menjadi salah satu indikator yang digunakan dalam berbagai prosedur The New Normal. Namun, pemeriksaan temperature yang banyak dilakukan juga belum bisa memberikan jaminan, karena banyak penderita COVID-19 tidak memiliki gejala, ada pula yang memiliki gejala namun tidak demam, ada yang memiliki gejala namun sudah mengkonsumsi obat untuk meredakan suhu tubuhnya. 

Artinya, sulit untuk meyakinkan bahwa tidak ada penderita COVID-19 di maskapai, bandara, hotel, tempat pariwisata. Namun, paling tidak ada proses penyaringan yang terjadi melalui pemeriksaan suhu.

Inovasi dan Kreativitas Pariwisata di Era The Next Normal

Sektor travel akan mengalami berbagai perubahan besar, seperti menstandarisasi pemeriksaan baru untuk menyaring traveler yang sakit. Sektor transportasi publik perlu menyiapkan berbagai hal, diantaranya pembatasan tempat duduk penumpang dan pembatasan jumlah penumpang. 

Lalu, di sektor pariwisata, bisa dilakukan sistem self service dan check in secara mandiri. Pembatasan jumlah pengunjung dan jam operasional wisata, serta penyediaan virtual tour.

Sebagai contoh di Turki, kamar hotel tetap kosong selama 12 jam di antara pengunjung baru untuk meminimalkan resiko penularan. Maksimal hotel dihuni oleh 60% orang untuk menghindari keramaian di hotel. Terdapat inovasi program sertifikasi bebas virus sebagai standarisasi manajemen dan pelayanan dalam pencegahan resiko penularan. Terdapat area karantina khusus untuk mengisolasi pasien baru dengan cepat.

Emirates Airlines melakukan on-site rapid test untuk penumpang dengan berkolaborasi dengan otoritas kesehatan Dubai. Telah dilakukan pula pendesainan ulang makanan dan pengemasan di pesawat untuk mengurangi kontak selama layanan pemberian makanan. 

Hongkong menyediakan booth untuk desinfeksi semua personel maskapai saat memasuki bandara. Desain konseptual oleh Avio Interiors untuk membuat perjalanan udara lebih aman dimana terdapat jarak 1 tempat duduk kosong antara para penumpang dengan kursi kosong yang diputar.

Salah satu solusi yang coba dihadirkan adalah zona perjalanan aman internasional. Negara-negara telah bekerja sama untuk memungkinkan perjalanan bebas karantina, misalnya Selandia Baru dan Australia telah mengeksplorasi aliansi perjalanan. 

Austria mempertimbangkan untuk mengizinkan perjalanan gratis dari Jerman. Di Hong Kong, traveler menggunakan gelang elektronik untuk memantau pelaksanaan karantina rumah selama 2 pekan

The Next Normal Mobilitas
 
Selama dan setelah pandemi, transportasi umum yang ramai akan dihindari sebisa mungkin.  Untuk mencegah penularan, penumpang dan pengemudi akan diminta untuk mengenakan masker. 

Orang lebih diutamakan menggunakan transportasi pribadi yang minim penularan. Oleh karena itu, penggunaan mobil pribadi akan cepat pulih. Di daerah tertentu yang dibuka kembali, sepeda motor lebih populer untuk perjalanan dekat.

COVID-19 telah berdampak di industri transportasi darat. Karena penurunan permintaan, Uber dan Lyft masing-masing harus memberhentikan 3700 orang dan 982 orang (14% dan 17% dari tenaga kerja mereka). 

Dari sisi pengembangan teknologi. Peluncuran kendaraan antar jemput dan kendaraan pengiriman otomatis akan dipercepat. Misalnya Beep Shuttles digunakan di Florida untuk pengiriman tes ke Mayo Clinic.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun