Mohon tunggu...
La Iwang (Semesta Wadagiang)
La Iwang (Semesta Wadagiang) Mohon Tunggu... Editor - Apa jadinya andai fikiran orang-orang dulu itu tak di bukukan?

Aku hanya belajar untuk bisa terus belajar. Belajar dari mereka, belajar dari kalian semua........

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Reuni 30 Tahun (Aku Sudah Hadir)

19 April 2022   23:58 Diperbarui: 30 April 2022   18:02 867
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Tapi sory, lupakan tentang usia. Saya teringat dengan suatu artikel di sebuah medsos. "Hal yang paling tidak disukai oleh wanita yang tak lagi muda, adalah ketika seorang lelaki membahas soal umur," begitu katanya. Sekali lagi, saya minta maaf soal itu.

10 Tahun lalu, di Bulan Desember Tahun 2012, hari itu (aku telah meresmikannya menjadi hari kerinduan Nasional). Kita, alumni 8692 Dago, yang 20 tahun terserak di seluruh penjuru Nusantara, kembali berkumpul. Jadi, biar sajalah kita yang menjadi representasi dari seluruh cerita tentang rindu.

Hari itu, 12-12-2012, tombol on jaringan telah menyala, seluruh energi mulai terhubung satu sama lain. Kemudian, tiga hari berikutnya, tepatnya 15-12-2012, semesta benar-benar bekerja. Deluna Resto menjadi saksi. 

Tumpah sudah seluruh rindu-rindu itu, menyatu menjadi sebuah telaga. Kita lalu menyelam-nyelam di dalamnya, kita bergerak bebas walau tak dapat berenang, kita hanya dapat bermain dan berkejaran di sisi-sisi yang dangkal, persis seperti masa kanak-kanak kita. Tapi aku tidak.. dan inilah inti dari seluruh rangkaian cerita itu.

Entah bagaimana awalnya, aku  tiba-tiba keluar dari barisan anak-anak itu, ya, anak-anak yang kita itu, aku seperti tersedot masuk kedalam suatu labirin yang lebih dalam dan sungguh berkelok. Aku mulai tenggelam, tersengal-sengal, dan nyaris tak bisa lagi bernafas.
Aku tahu aku tak bisa berenang, tapi anehnya aku merasa seperti sangat pandai berenang. Aku merasa seperi sepasang angsa putih yang sedang berenang-renang, hingga ketika pluit panjang sang malam mulai berbunyi. Hey! Itu semua fiktif, santri! 

Hmmm, 10 tahun sudah. Hari demi hari, bulan demi bulan, tahun demi tahun sungguh bergerak begitu cepat. melesat bak sabetan-sabetan pedang para pendekar. Alangkah cepatnya memang, hampir-hampir tak terasa, tapi begitulah dahsyatnya waktu.

Maka memang sudah sangat pantaslah jika kerinduan satu sama lain diantara kita itu kembali hadir mengusik rasa dan asa. Sungguh, aku ingin sekali hadir, ingin sekali lebur lagi bersama kalian menyelam-nyelam hingga ke dasar telaga itu. Aku ingin menulis dan ingin sekali membacakan untuk kalian syair-syair terbaik para pencinta. Tapi sayang, semenjak 10 tahun itu, aku benar-benar takut pada laut dan gunung, pada tebing dan air terjun. Aku benar-benar tak bernyali lagi. Aku benar-benar takut.

Sahabatku...
Sumpah, pada akhirnya ada titik dimana aku  menyadari ternyata aku memang bukan siapa-siapa. Hina, penuh aib, bodoh dan lemah tak mampu berbuat apa-apa. Saat itulah hatiku menjerit memohon maaf bila saja ada kata dan sikap tak terpujiku yang telah melukai hati kalian.

Sekali lagi, saya benar-benar meminta maaf, sungguh berharap dapat dimaafkan.

Taqabbalallahu minna wa minkum
Selama Hari Raya Iedul Fitri 1443 H. 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun