"The future belongs to those who believe in the beauty of their dream" -- Eleanor Roosevelt-
Masa depan adalah milik orang-orang yang percaya akan keindahan mimpi mereka. Termasuk di dalamnya mimpi yang ingin diraih oleh anak-anak. Hal ini senada dengan tema peringatan Hari Anak Dunia, 20 November 2024, yaitu "Listen to The Future".
Dilansir laman United Nation Children Funds (UNICEF), tema ini mengangkat peran dunia untuk mendengar harapan, impian dan visi anak-anak untuk masa depan. UNICEF mempromosikan hak anak untuk berdaya dan berpartisipasi menyuarakan tentang dunia yang ingin anak-anak tinggali dengan mensinergikan dukungan dari berbagai pihak.
Menurut UNICEF, perlu dibangun percakapan tentang ide, prioritas dan impian anak untuk mengetahui dunia seperti apa yang ingin mereka tinggali. Referensi topik yang bisa digunakan seperti perubahan iklim, konflik, perang, rasisme, tips and trick kebiasaan digital dalam rumah serta beberapa tips and trick lainnya.
Inkoheren Anak Palestina di Mata Dunia
Di tengah gegap gempitanya pengarusan tema Hari Anak Sedunia, "Listen to The Future", di belahan bumi lainnya ada hak anak-anak yang terampas. Benar, anak-anak Palestina. Jangankan untuk bermimpi, bisa berharap hari ini tidak mendengar dentuman bom pun sudah sangat bersyukur.
Juru Bicara PBB, Stephane Dujarric, menjelaskan sejak 7 Oktober 2023 rata-rata empat anak Palestina dibunuh setiap minggunya di tepi Barat. Angka ini menunjukan peningkatan tiga kali lipat dibanding sembilan bulan pertama di 2023. (Tempo, 2/11/2024)
Setahun genosida, lebih dari 16 ribu anak tewas oleh kekejian zionis laknatullah. Jangankan mendapatkan hak pendidikan, kesehatan, sanitasi, dan perlindungan atas kekerasan, hak hidup mereka saja tidak terjamin. Bahkan banyak anak yang tewas sejak dalam kandungan.
Seluruh mata dunia memandang, Gaza menjadi kuburan bagi anak-anak Palestina. Dimana peran dunia? Dimana muslimin? Mengapa anak-anak Palestina dibiarkan tanpa pembelaan dan perlindungan?
Sekat Nasionalisme dan Kepentingan