Mohon tunggu...
Bobby Junaidi
Bobby Junaidi Mohon Tunggu... Administrasi - Pengarang Apa Saja

Gue tuh orangnye ...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Simpul Klenik Habib Morgan (Bagian 3) - Rumah Enya'

4 Juni 2019   23:34 Diperbarui: 4 Juni 2019   23:33 10
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Katanya, rumah enya' (nenek) yang kini jarang ditinggali angker. Di salah satu kamar yang sekarang jadi gudang, ada penghuninya. Makhluk halus perempuan masuk ke jenis kuntilanak.

Entah siapa nama panggilanya, tapi katanya dia sering kasih lihat wujudnya ke orang yang dia mau.

Lagi-lagi masih katanya, almarhumah Cing Min yang selama puluhan tahun menemani laju biduk rumah tangga enya' dan abe' (kakek) sering dikasih lihat. Kisah ini, bukan sekali dua kali saja dituturkan hingga akhirnya, cucu-cucu ga ada yang mau nginep di sana. Serem.

Ini mirip-mirip dengan soal kasus setan komplek tadi. Saya buktikan kebenaran katanya itu dengan menginap di sana. Kedok yang dipakai, nemenin enya'.

Saban malam pas waktunya tidur, enya' selalu mematikan lampu yang tak diperlukan. Ruang tamu, dapur, kamar-kamar kosong juga kamar mandi, semua kena putus aliran listrik. Gelap tak gulita. Saya harus membiasakan diri.

Sejak malam pertama hingga ke tiga, saya pilih rebahkan badan di depan tv dekat meja makan yang berbatas tembok dapur juga kamar kosong. Sebelumnya, memang tak setiap hari apa lagi detik saya ada di rumah itu. Jadi perasaan asing jelas ada.

Malam pertama tak terjadi apa-apa sebab beberapa puluh menit setelah nyalakan tv kemudian rebahan, saya langsung tertidur. Malam kedua juga tak ada apa-apa.

Malam ketiga, saya tiba di rumah enya' sekitar pukul 20.00-an. Tepat pukul 21.00 enya' sudah mematikan hampir semua lampu kecuali kamar tidurnya. Seperti biasa, kasur digelar di tempat kemarin sementara tv sudah 15 menitan dibiarkan menyala dengan volume suara kecil sekali.

Hati kecil terus bilang soal kuntilanak itu cuma omong kosong. Sementara pikiran dan sebagian besar perasaan, coba berdamai dengan berupaya mempercayainya. Saya terus memanggilnya.

"Kuntilanak, saya mau ketemu. Boleh ya til, kuntil. Kuntialank saya mau ketemu," terus diucapkan sampai akhirnya saya mulai ngantuk.

Kalau dia ada, pasti dia datang menemui dengan wujudnya. Terus menerus saya panggil si kuntilanak. Sayang tak juga datang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun