"Cuma belakangan," lanjutnya sambil tarik nafas, "ade penyusup masuk kampung terus nemuin die. Matilah die dibunuh. Nah, itu yang dikerangkengin model rumah itu kuburannye," kisah Suaeb sesuai dongeng tutur yang dia dapat.
"Yang di samping pabrik tempe Tasilem ?" tanya Jamroni.
"Persis," sahut Morgan sambil acungkan telunjuk juga jempol membentuk pistol.
Entah tahun berapa terjadinya pembunuhan pembelot Belanda itu. Morgan bilang, makam itu benar-benar sudah tua. Bahkan katanya, sejak bapaknya kecil pun makam itu sudah ada. Di sebelahnya, ditumbuhi pohon nangka besar yang ketika berbuah siapa saja boleh ambil.
Tak tahu siapa yang memulai. Gosipnya, si Belanda mati penasaran. Sebab belum waktunya dia mati, tapi nyawanya dicabut duluan oleh dua orang penyusup. Arwahnya kini gentayangan.
Mula-mula, menurut cerita yang beredar, makam si Belanda dibuatkan kerangkeng dengan atap berukir. Tiap sisinya, ditutupi rapat-rapat dengan kawat nyamuk juga kain putih. Katanya, agar tak ada yang bisa melangkahi apalagi menginjak.
Dilakukannya pekerjaan ini, agar arwah si Belanda senang kuburannya bagus dan tak penasaran lagi. Hampir tiap malam, ada saja orang berdoa di situ supaya almarhum pulang ke Pemiliknya. Dua bulan sekali, kain putih diganti.
Waktu jalan terus. Tahun juga datang bergantian. Entah sudah berapa lama makam itu ada di situ. Orang-orang sudah tak lagi mendoakan. Kain putihnya pun tak pernah diganti.
"Iye sih, waktu ane kecil juga emang itu kuburan udah ade. Kain putih juga masih ade, cuma udah rombeng. Jelek banget. Kayenye emang ga pernah diganti udah kelamaan," timpal Manhajir.
"Dulu ane waktu kecil, babe suka bilang diculik setan komplek kalo ga mau mandi," lanjut dia.
Spekulasi berkembang. Tebak-tebakan tapi seolah yakin, apa betul arwah si Belanda itu penasaran dan memilih anak kecil sebagai mangsanya ?