Kalauu pun ada yang melempar argumen cinta dan benci itu bisa dilihat karena ada reaksi (tindakan) setelah ada aksi (menyatakan cinta atau benci), itu bukan berarti cinta atau benci itu terlihat.
Itu adalah tindakan setelah cinta atau benci yang dirasakan, diungkapkan (diambil tindakan/aksi) kepada orang yang dimaksud lantas lahirlah akibat (reaksi).
Persoalannya, dalam penggunaan penyebutan mata dan batin pada kalimat mata batin, justru melahirkan kontradiksi.
Mata untuk melihat, batin untuk merasakan. dari sini, muncullah distorsi baru yakni, ego dari dalam diri sebagai hasil konstruksi pikiran kemudian dipengaruhi perasaan, bahwa makhluk gaib bisa dilihat.
Pikiran anda mengkonstruksi wujud bahwa genderuwo itu bentuknya begitu. Kuntilanak bentuknya begitu dan seterusnya. Bisa jadi, ide konstruksi itu didapat akibat terlalu sering nonton film horor. Ini adalah ego yang kemudian mempengaruhi pikiran anda lantas berakibat pada halusinasi atau terbayang-bayang.
Halusinasi itu seolah begitu nyata saat ego terus membesar hingga lahir keyakinan bahwa yang dilihat itu adalah wujud yang anda maksud. Sugestinya terlalu besar mendorong diri karena ada emosi berjenis kelamin rasa takut, rasa ingin melihat atau mungkin takabur bisa melihat.
Pertanyaannya, apa betul mau melihat wujud pengurus tiap item yang ada di alam semesta ini?
Baiklah, kita coba perhatikan dulu orang yang mengambil manfaat dari akibat pekerjaan para pengurus yang bertugas menjalankan sistem kemudian lahir hukum alam tadi.
Seorang anak main layang-layang. Dia menggunakan energi angin untuk menerbangkan layang-layangnya. Kenapa dia bisa? Karena dia bisa merasakan kemana arah angin bertiup dan sekencang apa. Maka, pengetahuan ini dimaksimalkan pemanfaatannya. Dan anak itu berhasil.
Apakah energi angin itu bisa terlihat? Apakah angin itu sendiri bisa dirasakan keberadaannya?
Sampai sini, silahkan teruskan pertanyaan yang mau disodorkan dan jawab sendiri dengan kemampuan akal yang dimiliki.
Terus terang, soal ini adalah wilayah filsafat. Sementara filsafat sendiri adalah induk dari segala ilmu pengetahuan yang ada mulai matematika, fisika, kimia, ilmu pengetahuan sosial, ekonomi dan lain sebagainya.