3. Direktur Penataran Guru (Keputusan Prosedural)
Seorang direktur penataran guru berinsiatif untuk menyelesaikan persoalan terbatasnya tenaga guru di pedesaan. Solusi yang ia tawarkan adalah menghasilkan lulusan guru dua sampai tiga kali lipat.Â
Dengan bantuan dana dari donatur dan komitmen yang teguh, akhirnya selama empat tahun tujuaanya itu tercapai. Namun, masalah lain muncul. Tenaga guru di pedesaan tetap saja terbatas sedangkan tenaga guru di kota mengalami kelebihan.Â
Pertanyaannya mengapa usaha DPG untuk menjawabi keterbatasan guru pedesaan dengan menambah jumlah lulusan guru tidak berhasil. Atau mengapa menambah jumlah lulusan guru tidak menjawabi keterbatasan tenaga guru di desa?
Jawabannya karena, sang DPG tidak berpikir dan mempertimbangkan apa yang menjadi akar persoalannya. Bisa jadi, terbatasnya tenaga guru pedesaan bukan karena masalah jumlah lulusan tetapi pada niat lulusan untuk mengabdi di desa.
Dari cerita di atas, untuk menjadi DPG yang baik harus mencerminkan enam hal. 1) mempertimbangkan akar persoalan yang sedang terjadi di pedesaan daripada sikap cepat menyimpulkan.Â
2) Merumuskan tujuan nyata apa yang sedang terjadi daripada menciptakan asumsi-asumsi.Â
3) Mempertimbangkan sumber dan kendala yang mungkin akan dihadapi, misalnya anggaran, gedung, material dan personil.Â
4) Mempertimbangkan alternatif solusi, merumuskan prosedur dan mengevaluasi alternatif solusi tersebut.Â
5) Merumuskan cara ujicoba terhadap alternatif solusi sebelum mengimplementasi solusi tersebut.Â
6) memperoleh umpan balik dari hasil uji coba sehingga ada perbaikan atau modifikasi.
4. Kepala Sekolah (Penilaian Objektif)
Seorang kepala sekolah dasar melihat bahwa pada jam istirahat, banyak anak tidak dapat bermain karena keterbatasan alat permainan di sekolahnya. Berhadapan dengan situasi ini, ia pun memutuskan untuk membeli banyak alat permainan agar anak-anak dapat bermain tanpa ada keterbatasan alat.Â