Mohon tunggu...
Y. B. Inocenty Loe
Y. B. Inocenty Loe Mohon Tunggu... Guru - Instruktur Pembelajaran Kreatif, Penulis, Kandidat Magister Teknologi Pendidikan Universitas Sebelas Maret

Yohanes Baptista Inocenty Loe, Saat ini menjadi kandidat Magister Teknologi Pendidikan di Universitas Sebelas Maret, Surakarta. Ia bekerja sebagai pendidik di salah satu sekolah swasta di kota Kupang, sekaligus menjadi instruktur pelatihan menulis dan pembelajaran kreatif berbasis digital di NTT. Sebagai seorang instruktur menulis, karya-karyanya telah diterbitkan di media massa cetak maupun online. Ia telah menerbitkan tiga buku yaitu Kisah Para Pelukis Wajah Bangsa, Literasi di Atas Awan dan buku terbarunya berjudul Prinsip-Prinsip Demokrasi John Rawls (Menguak Kebebasan dan Kesetaraan). Selain itu, ia juga adalah editor yang telah mengedit puluhan buku dan membantu banyak pihak untuk menerbitkan bukunya. Sebagai pelatih pembelajaran kreatif berbasis digital, ia banyak kali diundang ke berbagai kesempatan di wilayah NTT untuk berbagi inspirasi dan motivasi. Kemampuannya ini telah dibuktikan dengan berbagai pencapaian dan penghargaan yang diraihnya. Pada 2021, dinobatkan sebagai penulis aktif tingkat Nasional dan guru aktif literasi tingkat nasional. Di bidang pembelajran kreatif berbasis digital, seluruh karya dan inovasinya pernah ditanyakan di TVRI Nasional pada program Inspirasi Indonesia, akhir 2022 lalu

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Pendekatan Sistem dalam Pemecahan Masalah Pendidikan

10 Januari 2024   20:49 Diperbarui: 10 Januari 2024   23:28 546
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

3. Direktur Penataran Guru (Keputusan Prosedural)
Seorang direktur penataran guru berinsiatif untuk menyelesaikan persoalan terbatasnya tenaga guru di pedesaan. Solusi yang ia tawarkan adalah menghasilkan lulusan guru dua sampai tiga kali lipat. 

Dengan bantuan dana dari donatur dan komitmen yang teguh, akhirnya selama empat tahun tujuaanya itu tercapai. Namun, masalah lain muncul. Tenaga guru di pedesaan tetap saja terbatas sedangkan tenaga guru di kota mengalami kelebihan. 

Pertanyaannya mengapa usaha DPG untuk menjawabi keterbatasan guru pedesaan dengan menambah jumlah lulusan guru tidak berhasil. Atau mengapa menambah jumlah lulusan guru tidak menjawabi keterbatasan tenaga guru di desa?

Jawabannya karena, sang DPG tidak berpikir dan mempertimbangkan apa yang menjadi akar persoalannya. Bisa jadi, terbatasnya tenaga guru pedesaan bukan karena masalah jumlah lulusan tetapi pada niat lulusan untuk mengabdi di desa.

Dari cerita di atas, untuk menjadi DPG yang baik harus mencerminkan enam hal. 1) mempertimbangkan akar persoalan yang sedang terjadi di pedesaan daripada sikap cepat menyimpulkan. 

2) Merumuskan tujuan nyata apa yang sedang terjadi daripada menciptakan asumsi-asumsi. 

3) Mempertimbangkan sumber dan kendala yang mungkin akan dihadapi, misalnya anggaran, gedung, material dan personil. 

4) Mempertimbangkan alternatif solusi, merumuskan prosedur dan mengevaluasi alternatif solusi tersebut. 

5) Merumuskan cara ujicoba terhadap alternatif solusi sebelum mengimplementasi solusi tersebut. 

6) memperoleh umpan balik dari hasil uji coba sehingga ada perbaikan atau modifikasi.

4. Kepala Sekolah (Penilaian Objektif)
Seorang kepala sekolah dasar melihat bahwa pada jam istirahat, banyak anak tidak dapat bermain karena keterbatasan alat permainan di sekolahnya. Berhadapan dengan situasi ini, ia pun memutuskan untuk membeli banyak alat permainan agar anak-anak dapat bermain tanpa ada keterbatasan alat. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun