Mohon tunggu...
Sri Budi Sukiyanto
Sri Budi Sukiyanto Mohon Tunggu... -

Manusia Sederhana saja

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Celethuk Hati

17 Juli 2014   10:59 Diperbarui: 18 Juni 2015   06:05 977
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ku tak menyangka kan begini jadinya

Semua terjadi begitu mendadak dan tiba-iba tanpa kedekatan hati dan juga jiwa raga

Duh! Apa yang telah kucoba paksakan dalam hidup

Sungguh tiada terkira segala derita yang ku nista

Tiada tertanggungkan seluruh sendiku...

Apa dayaku?

Tak kuasa berkelit sejengkal pun, apalagi menghindarinya, tak pelak juga menyangkalnya

Mau bilang apa?

Semua di luar kuasa...

Hanya Sang Kuasa jua menguji segala macam dera kehidupan

Nan tiada kulupa haruskah kunikmati semua ini?

Adakah pilihan lain tuk penali jiwa? Juga raga?

Tiada mungkin karna semua tlah datang silih berganti

Itukah ulah jati diri yang tiada berarti

Apa-apa....

Sungguh karenanya jiwa ini meranggas, menista tak terkira nan tertahankan

Berat nian semakin berat...

Hanya Kuasa Engkau Allah Tuhan Yang Maha Segala

Pasrahkan segala rupa

Segala daya dan segala-galanya

Kan nixcaya keadilan kan hadir juga nantinya...Sungguhkah?

Noda merana dan merona menghadang kegalauan hidup yang meradang

Menggoyang jagat cita

Oh semoga sajacepatlah menghiba menjiwa dan menjauhinya

Sebadan tiada terbayang...hilangkah bayanganmu di situ?

Terbelah tercabik terkoyak...robek-robek

Hanyalah secercah harapan yang tertanam di bibir merah kering kerontang

Hati ini mengerang mengeluh bagai peluh membasahi kening nan mengkerut

Tiada pikir sesat sehati sesal tiada berguna

Hanya setitik hikmat yang kugadang segera datang...

Membayang jiwa nan kelam

kelemang gulita hati terjepit kegalauan dan kesesatan pokal

Ibu Bapa nan tida mendampingi lagi

Seutas tali jua terlepas terombang-ambing tiada pegangan

Terlepas, terlepas bagai layang tak berbenang

Akankah hujan datang menghujam?

Kan kutanam kembali benih keulahan termulia.

Semoga.

(Sri Budi S : dari sekuntum letupan jiwa)

(oleh: SBS

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun