Ketujuh, penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (dalam berita disebut seks bebas), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual penetrasi, di dalam dan di luar nikah, yaitu salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta medis!
Informasi yang menyesatkan seperti di judul berita ini merupakan salah satu bentuk materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) yang jadi kontra produktif dalam penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia.
Dalam berita disebut: Dari data yang dihimpun, sepanjang Januari hingga Oktober 2024, tercatat sebanyak 234 kasus pasien aktif di Surabaya dengan antiretroviral therapy (ART) .... Yang perlu diingat angka ini tidak menggambarkan kasus yang sebenarnya di masyarakat karena karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat Gambar).
Itu artinya penyebaran HIV/AIDS di Kota Surabaya terus terjadi tanpa disadari oleh warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah. Hal ini bisa terjadi karena pengidap HIV/AIDS tidak otomatis menunjukkan gejala-gejala, tanda-tanda atau ciri-ciri khas AIDS pada fisik dan tidak ada pula keluhan kesehatan yang khas HIV/AIDS.
Baca juga: Tidak Semua Gejala Penyakit yang Dikaitkan dengan HIV/AIDS Otomatis Terkait Langsung dengan Infeksi HIV/AIDS (Kompasiana, 14 Agustus 2024)
Ada lagi pernyataan: Menurut pakar Imunologi dan Mikrobiologi Fakultas Kedokteran (FK) Universitas Airlangga (Unair), Dr dr Agung Dwi Wahyu Widodo MSi MKedKlin, salah satu faktor utama yang menyebabkan tingginya kasus HIV/AIDS pada usia produktif adalah perilaku drug use (pemakaian narkoba) dan free sex (seks bebas).
Tidak jelas apakah ini kuotasi (kutipan langsung) dari pernyataan narasumber atau interpretasi wartawan. Soalnya, secara empiris pemakaian Narkoba, disebut drug use yang merupakan istilah yang sudah lama dihilangkan WHO, tidak otomatis berisiko tertular HIV/AIDS.
Risiko penularan HIV/AIDS melalui penyalahgunaan Narkoba bisa terjadi di kalangan penyalahguna dengan memakai jarum suntik secara bersama-sama dan dipaki bergiliran. Kalau hanya memakai Narkoba oral tidak ada risiko tertular HIV/AIDS, bahkan dengan suntikan pun tidak ada risiko tertular HIV/AIDS jika dipakai sendirian. Ini fakta!