Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Perilaku Heteroseksual Bukan Faktor Utama Penularan HIV/AIDS di Pidie

18 November 2024   09:21 Diperbarui: 18 November 2024   09:28 135
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Disebutkan dalam berita: "45 orang dengan HIV/AIDS atau ODHA telah meninggal dunia ...." Kalau saja narasumber dan wartawan membawa data ini ke realitas sosial, maka akan ada gambaran tentang penyebaran HIV/AIDS di Pidie, yaitu:

Sebelum meninggal ada di antara 45 Odha itu yang sudah menularkan HIV/AIDS ke orang lain,

Jika ada di antara 45 Odha itu suami, maka mereka menularkan HIV/AIDS secara horizontal ke istrinya, bahkan ada laki-laki yang mempunyai istri lebih dari satu,

Jika istri tertular HIV/AIDS, maka ada pula risiko penularan vertikal dari-ibu-ke-bayi yang dikandungnya, terutama saat melahirkan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI),

Jika ada di antara 45 Odha itu merupakan pekerja seks langsung atau tidak langsung, maka mereka menularkan HIV/AIDS ke laki-laki yang melakukan hubungan seksual dengan PSK itu tanpa kondom.

Beberapa studi menunjukkan rata-rata seorang PSK melayani laki-laki antara 3-5 setiap malam. Maka, sebelum menggilan seorang PSK pengidap HIV/AIDS yang meninggal sudah melayani hubungan seksual yang berisiko dengan 4.500 -- 22.500 laki-laki [1 PSK x (3-5) per malam x 25 hari sebulan x (5-15) tahun]. Kematian Odha secaa statistik terjadi pada masa AIDS dengan rentang waktu antara 5-15 tahun setelah tertular HIV.

Itu artinya penyebaran HIV/AIDS di Pidie tinggi, ditambah dengan jumlah warga Pidie, terutama laki-laki dewasa, yang melakukan perilaku seksual bersiko tertular HIV/AIDS di luar Pidie atau di luar negeri.

Sosialisasi HIV/AIDS sudah dilakukan sejak awal epidemi yang diakui di Indonesia yaitu pada tahun 1987, tapi hasilnya nol besar karena materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis tentang HIV/AIDS. Yang sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS, seperti informasi di judul berita ini.

Yang diperlukan adalah langkah konkret di hulu yaitu menurunkan, sekali lagi hanya bisa menurunkan, insiden infeksi HIV baru pada laki-laki dewasa melalui hubungan seksual tanpa kondom dengan PSK langsung dan PSK tidak langsung. <>

* Syaiful W Harahap adalah penulis buku: (1) PERS meliput AIDS, Pustaka Sinar Harapan dan The Ford Foundation, Jakarta, 2000; (2) Kapan Anda Harus Tes HIV?, LSM InfoKespro, Jakarta, 2002; (3) AIDS dan Kita, Mengasah Nurani, Menumbuhkan Empati, tim editor, BPK Gunung Mulia, Jakarta, 2014; (4) Menggugat Peran Media dalam Penanggulangan HIV/AIDS di Indonesia, YPTD, Jakarta, 2022.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun