Sudah saatnya petugas yang terkait langsung dengan HIV/AIDS di instansi pemerintah dan institusi, seperti LSM, lebih arif dan bijaksana dalam menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS.
Selama informasi HIV/AIDS dibalut dengan norma, moral dan agama maka selama itu pula yang sampai ke masyarakat hanya mitos. Akibatnya, masyarakat tidak memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang benar.
Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"
Itu artinya akan terus terjadi perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS yang menyebabkan muncul kasus-kasus infeksi HIV baru.
Celakanya, orang-orang yang tertular HIV/AIDS tidak semerta mengetahui dirinya sudah tertular HIV/AIDS karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun jika tidak menjalani terapi antiretroviral/ART).
Mereka kemudian jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Penyebaran HIV/AIDS itu bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' <>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H