"Tiga Remaja di Jembrana Positif HIV/AIDS Akibat Pergaulan Bebas" Â Ini judul berita di detik.com, 26/6/2024.
Judul berita ini misleading (menyesatkan) karena risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena pergaulan bebas, tapi karena seks yang tidak aman, di dalam dan di luar nikah, yaitu: dilakukan dengan seseorang yang mengidap HIV/AIDS atau dengan seseorang yang tidak diketahui status HIV-nya dalam kondisi laki-laki tidak memakai kondom. Ini fakta!
Dalam berita disebutkan: Diduga, mereka tertular akibat pergaulan bebas dan seks bebas. Pernyataan ini merupakan mitos (anggapan yang salah) tentang HIV/AIDS yang juga menyesatkan.
Risiko tertular HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah (sifat hubungan seksual) jika salah satu atau keduanya mengidap HIV/AIDS dan laki-laki tidak memakai kondom (kondisi hubungan seksual).
Kalau saja narasumber dan wartawan yang menulis berita itu lebih paham tentang HIV/AIDS, maka tidak akan pernah ada judul berita dan berita seperti ini.
Baca juga: Pemakaian Istilah Seks Bebas Justru Mengaburkan Cara Penularan HIV/AIDS
Ada lagi pernyataan Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Jembrana, I Gede Ambara Putra, yang dikutip wartawan: "Kelompok usia ini masih usia sekolah, dan tidak mungkin tertular dari orang tua. Kemungkinan besar mereka tertular akibat pergaulan bebas dan seks bebas dengan ODHA. Kami sangat prihatin dengan kondisi saat ini."
Sejatinya petugas yang terkait dengan HIV/AIDS menyampaikan informasi yang akurat agar tidak menyesatkan masyarakat.
Seseorang yang melakukan hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, dengan pengidap HIV/AIDS tanpa kondom merupakan seks yang tidak aman. Bukan pergaulan bebas dan seks bebas karena ini terminologi moral yang tidak akurat.
Sudah saatnya petugas yang terkait langsung dengan HIV/AIDS di instansi pemerintah dan institusi, seperti LSM, lebih arif dan bijaksana dalam menyampaikan informasi tentang HIV/AIDS.
Selama informasi HIV/AIDS dibalut dengan norma, moral dan agama maka selama itu pula yang sampai ke masyarakat hanya mitos. Akibatnya, masyarakat tidak memahami cara-cara penularan dan pencegahan HIV/AIDS yang benar.
Baca juga: Tertular HIV karena Termakan Mitos "Cewek Bukan PSK"
Itu artinya akan terus terjadi perilaku seksual yang berisiko tertular HIV/AIDS yang menyebabkan muncul kasus-kasus infeksi HIV baru.
Celakanya, orang-orang yang tertular HIV/AIDS tidak semerta mengetahui dirinya sudah tertular HIV/AIDS karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun jika tidak menjalani terapi antiretroviral/ART).
Mereka kemudian jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Penyebaran HIV/AIDS itu bagaikan 'bom waktu' yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' <>
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H