Itu artinya penyebaran HIV/AIDS oleh laki-laki heteroseksual yang mengidap HIV/AIDS akan masif di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART) sehingga penyebaran HIV/AIDS tidak disadari.
Laporan Kemenkes melalui sihakemkes.go.id juga menunjukkan dari 672.266 kasus HIV-positif (terdiri atas 522.687 HIV dan 149.579 AIDS) yang dilaporkan dari tahun 1987 -- Maret 2023 transmisi yaitu faktor risiko penularan terjadi melalui:
- heteroseksual (28,7%)
- homoseksual (19,5%) Â
Begitu juga dengan kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 1987 -- Maret 2023 yaitu sebanyak 149.579 dengan faktor risiko atau transmisi melalui:
- heteroseksual (66,5%)
- homoseksual (10,4%)
Yang perlu diingat jumlah kasus HIV+ dan AIDS yang dilaporkan tidak menggambar kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.
Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).
Selain itu tidak semua daerah melakukan deteksi HIV/AIDS melalui tes HIV. Laporan sihakemkes.go.id menunjukkan pada periode Januari-Maret 2023 jumlah warga yang tes HIV sebanyak 1.230.023. Hasilnya, 13.279 HIV-positif (1,08%).
Dari jumlah tersebut di 216.420 warga Jawa Barat (terbanyak) dengan hasil 2.417 HIV-positif (1,12%). Â Dari jumlah ini yang menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ART) sebanyak 1.648. Sedangkan di Maluku Utara warga yang tes HIV sebanyak 4.905 (terkecil) dengan hasil 109 HIV-positif (2,22%). Yang ikut ART sebanyak 71.
Itu artinya narasi-narasi dalam berita dan artikel HIV/AIDS di media massa (koran, majalah, radio dan TV) serta media sosial (portal berita) yang mem-blow-up LGBT tidak akurat.
Bahkan, mengaitkan lesbian dalam LGBT dalam penyebaran HIV/AIDS adalah hoaks (informasi bohong) karena seks pada lesbian bukan faktor risiko transmisi HIV/AIDS. Hal ini karena seks pada lesbian bukan seks penetrasi.