Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Hari AIDS Sedunia: Menunggu Penanggulangan HIV/AIDS yang Komprehensif di Indonesia

1 Desember 2023   00:01 Diperbarui: 3 Desember 2023   17:33 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
TABEL: Peringkat provinsi berdasarkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS 1987-Maret 2023 (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Itu artinya penyebaran HIV/AIDS oleh laki-laki heteroseksual yang mengidap HIV/AIDS akan masif di masyarakat. Hal ini bisa terjadi karena tidak ada tanda-tanda, ciri-ciri atau gejala-gejala yang khas AIDS pada fisik dan keluhan kesehatan sebelum masa AIDS (secara statistik antara 5-15 tahun jika tidak menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral/ART) sehingga penyebaran HIV/AIDS tidak disadari.

Laporan Kemenkes melalui sihakemkes.go.id juga menunjukkan dari 672.266 kasus HIV-positif (terdiri atas 522.687 HIV dan 149.579 AIDS) yang dilaporkan dari tahun 1987 -- Maret 2023 transmisi yaitu faktor risiko penularan terjadi melalui:

  • heteroseksual (28,7%)
  • homoseksual (19,5%)  

Begitu juga dengan kasus AIDS yang dilaporkan dari tahun 1987 -- Maret 2023 yaitu sebanyak 149.579 dengan faktor risiko atau transmisi melalui:

  • heteroseksual (66,5%)
  • homoseksual (10,4%)

TABEL: Peringkat provinsi berdasarkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS 1987-Maret 2023 (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
TABEL: Peringkat provinsi berdasarkan jumlah kasus kumulatif HIV/AIDS 1987-Maret 2023 (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Yang perlu diingat jumlah kasus HIV+ dan AIDS yang dilaporkan tidak menggambar kasus yang sebenarnya di masyarakat karena epidemi HIV/AIDS erat kaitannya dengan fenomena gunung es.

Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat gambar).

Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)
Gambar: Fenomena Gunung Es pada epidemi HV/AIDS. (Foto: Dok Pribadi/AIDS Watch Indonesia/Syaiful W. Harahap)

Selain itu tidak semua daerah melakukan deteksi HIV/AIDS melalui tes HIV. Laporan sihakemkes.go.id menunjukkan pada periode Januari-Maret 2023 jumlah warga yang tes HIV sebanyak 1.230.023. Hasilnya, 13.279 HIV-positif (1,08%).

Dari jumlah tersebut di 216.420 warga Jawa Barat (terbanyak) dengan hasil 2.417 HIV-positif (1,12%).  Dari jumlah ini yang menjalani pengobatan dengan obat antiretroviral (ART) sebanyak 1.648. Sedangkan di Maluku Utara warga yang tes HIV sebanyak 4.905 (terkecil) dengan hasil 109 HIV-positif (2,22%). Yang ikut ART sebanyak 71.

Itu artinya narasi-narasi dalam berita dan artikel HIV/AIDS di media massa (koran, majalah, radio dan TV) serta media sosial (portal berita) yang mem-blow-up LGBT tidak akurat.

Bahkan, mengaitkan lesbian dalam LGBT dalam penyebaran HIV/AIDS adalah hoaks (informasi bohong) karena seks pada lesbian bukan faktor risiko transmisi HIV/AIDS. Hal ini karena seks pada lesbian bukan seks penetrasi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun