Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Healthy Pilihan

Tes HIV Bagi Pengunjung Tempat Hiburan Malam di Kota Ambom Sejatinya Harus Berdasarkan Sukarela

2 September 2023   10:47 Diperbarui: 2 September 2023   10:53 304
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
InIlustrasi. (Sumber: hospitalpresidente.com.br)put sumber gambar

Tes HIV yang dilakukan terhadap seseorang yang tertular HIV di bawah tiga bulan, maka hasilnya bisa negatif palsu (tes tidak reaktif, tapi sudah ada HIV) dan positif palsu (tes reaktif, tapi tidak ada HIV).

Itulah sebabnya semula WHO isyaratkan hasil tes HIV dengan ELISA selalu dikonfirmasi dengan tes Western Blot. Belakangan WHO juga memberikan rekomendasi tes HIV dengan ELISA tanpa konfirmasi Western Blot, tapi dilakukan tiga kali dengan reagen dan teknik yang berbeda.

Matriks: Tertular HIV, masa jendela, dan masa AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Tertular HIV, masa jendela, dan masa AIDS. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Nah, keduanya bisa membawa celaka. Hasil tes negatif palsu membuat orangnya jadi mata rantai penyebaran HIV karena dianggap tidak mengidap HIV/AIDS.

Sebaliknya, orang dengan hasil tes HIV positif palsu membawa dampak beban mental serta predikat yang bisa menimbulkan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) jika identitasnya bocor ke publik.

Sebaiknya, tes HIV yang dilakukan Dinkes Kota Ambon itu sifatnya survailans sehingga tidak berdampak buruk terhadap pengunjung tempat-tempat hiburan malam.

Artinya, pengunjung jalani tes HIV secara anonym. Nah, jika ada hasil tes yang reaktif, maka pengunjung dikonseling dengan harapan bagi yang pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS agar menjalani tes HIV secara sukarela dengan konseling. Ini dikenal sebagai VCT (voluntary counseling and testing). Tapi, dengan tetap memegang teguh prinsip dasar tes HIV yaitu kerahasiaan, kesediaan, konseling sebelum dan sesudah tes.

Disebutkan "Tes dan konseling dilakukan guna menekan angka kasus di populasi kunci, .... " tapi, mengapa pengunjung juga jalani tes HIV?

Yang jadi persoalan bukan populasi kunci, tapi warga, tertutama laki-laki dewasa yang beristri, yang melakukan hubungan seksual berisiko dengan populasi kunci, seperti pekerja seks komersial (PSK) dan pelayan plus-plus.

Soalnya, kalau mereka tertular HIV/AIDS, maka mereka jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Dalam berita disebutkan pemeriksaan, dalam hal ini konseling dan tes HIV, terhadap " .... tamu di penginapan dan hotel."  Wah, ini sudah terlalu jauh menyasar privasi karena tidak semua tamu penginapan dan hotel pernah atau sering melakukan hubungan seksual berisiko.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun