Kasus HIV/AIDS yang dilaporkan atau terdeteksi digambarkan sebagai puncak gunung es yang muncul ke atas permukaan air laut, sedangkan kasus HIV/AIDS yang tidak terdeteksi di masyarakat digambarkan sebagai bongkahan gunung es di bawah permukaan air laut (Lihat matriks).
Maka, Pemkab Merauke, Papua, perlu membuat regulasi, seperti peraturan daerah (Perda), untuk mencari warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi.
Soalnya, warga pengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS secara horizontal di masyarakat, tertutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Ada lagi pernyataan: Menurutnya (Kepala Klinik Reproduksi RSUD Merauke, dr. Inge-pen.), kasus HIV terbanyak terjadi di kalangan masyarakat. Sayangnya, kesadaran masyarakat dalam melakukan pemeriksaan HIV masih sangat minim, meski sosialisasi terus dilakukan petugas.
Persoalan yang sangat mendasar adalah informasi HIV/AIDS yang dikemas dalam komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga fakta medis HIV/AIDS tenggelam sedangkan yang muncul dan sampai ke masyarakat hanya mitos (anggapan yang salah).
Contoh yang sangat faktual yaitu informasi dalam berita ini yang mengait-ngaitkan seks bebas dan dosa dengan penularan HIV/AIDS.
Banyak orang yang merasa perilakunya tidak terkait dengan dosa sehingga mereka menganggap tidak ada kaitannya dengan penularan HIV/AIDS. Misalnya, orang-orang yang sering kawin-cerai secara sah, menikah di bawah tangan atau kawin kontrak. Ini jelas tidak merupakan perbutan dosa karena ada ikatan sehingga mereka merasa tidak berisiko.
Padahal, risiko penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah. Tapi, seperti informasi dalam berita ini penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual dikaitkan dengan dosa.
Selain itu informasi tentang tanda-tanda, gejala-gejala dan ciri-ciri HIV/AIDS yang diumbar media massa dan media online tidak akurat karena tidak menyebut prakondisi yang bisa menyebabkan terjadi penularan HIV/AIDS.
Informasi itu bukin celaka karena orang-orang yang tidak mengalami tanda-tanda, gejala-gejala dan ciri-ciri yang terkait dengan HIV/AIDS merasa tidak berisiko tertular HIV/AIDS biarpun perilaku seksual mereka berisiko.