Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

KPA Jakarta Barat Bukan Ajak Masyarakat Tes HIV Tapi Warga yang Pernah Lakukan Perilaku Seksual Berisiko

27 September 2022   00:07 Diperbarui: 27 September 2022   00:10 258
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: ndtv.com)

Tidak semua orang pernah lakukan perilaku berisiko tertular HIV/AIDS, yang diajak tes HIV adalah warga yang pernah lakukan perilaku seksual berisiko

"Sukarno (Sekretaris Komisi Penanggulangan Aids Jakarta Barat Sukarno-pen.) mengajak masyarakat agar tidak takut untuk melakukan pemeriksaan HIV, ...." Ini ada dalam berita "Ratusan Ibu Di Jakarta Barat Positif HIV AIDS, Kenali Ciri-Ciri HIV AIDS" di kesehatan.kontan.co.id (22/9-2022).

Astaga, apa iya masyarakat, dalam hal ini semua warga Jakarta Barat, lansia, dewasa, remaja dan bayi pernah atau sering melakukan perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tertular HIV/AIDS.

Sejatinya Sukarno lebih arif dan bijaksana dalam memberikan keterangan kepada wartawan agar tidak terjadi berita yang misleading (menyesatkan).

Yang diajak dan dianjurkan tes HIV secara sukarela hanya warga, laki-laki dan perempuan, yang pernah atau sering melakukan perilaku berisiko seksual dan nonseksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:

(1). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(2). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(3). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(4). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(5). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung, cewek prostitusi online, yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, 

(6). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan waria yang tidak diketahui status HIV-nya. Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong),

(7). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan waria heteroseksual yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom,

(8). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom,

(9). Laki-laki dewasa homoseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom, 

(10). Laki-laki dewasa biseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal, seks vaginal dan seks oral) dengan laki-laki atau perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi tidak memakai kondom. 

Sedangkan perilaku nonseksual yang berisiko tinggi tertular HIV/AIDS adalah:

(11). Laki-laki dan perempuan yang pernah atau sering menerima transfusi darah yang tidak diskrining HIV,

(12). Laki-laki dan perempuan yang pernah atau sering memakai jarum suntik dan tabungnya secara bersama-sama dengan bergiliran pada penyalahgunaan Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) dengan jarum suntik, karena bisa saja ada di antara mereka yang mengidap HIV/AIDS sehingga darah yang mengandung HIV bisa masuk ke jarum dan tabung.

Dalam berita disebutkan pula diri-ciri HIV/AIDS tanpa dikaitkan dengan prakondisi yaitu pernah atau sering melakukan salah satu ata beberapa perilaku berisiko di atas.

Ciri-ciri yang disebut dalam berita terkait dengan HIV/AIDS, yaitu:

  • Sakit kepala
  • Demam
  • Kelelahan
  • Kelenjar getah bening yang membengkak
  • Sakit tenggorokan
  • Sariawan
  • Kulit ruam
  • Nyeri otot dan sendi
  • Ulkus di mulut
  • Ulkus di alat kelamin
  • Keringat malam
  • Diare

Adalah hal yang naif mengaitkan diri-ciri HIV/AIDS langsung dengan infeksi HIV/AIDS. Banyak orang yang pernah bahkan sering mengalamai diri-ciri HIV/AIDS yang disebut dalam berita, tapi sama sekali tidak terkait dengan infeksi HIV/AIDS karena yang bersangkutan tidak pernah melakukan perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tertular HIV/AIDS.

Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Membuktikan Sudah Tertular HIV/AIDS

Berita ini membuat banyak orang khawatir dan was-was karena mereka pernah atau sering mengalami ciri-ciri di atas, padahal tidak pernah melakukan perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tertular HIV/AIDS. Itu artinya berita ini tidak mencerahkan tapi menyesatkan.

Disebukan pula: Sukarno mengajak masyarakat agar tidak takut untuk melakukan pemeriksaan HIV, khususnya ibu hamil.

Masalah yang sangat mendasar adalah suami ibu-ibu hamil yang terdeteksi HIV-positif tidak mau menjalani tes HIV. Maka, secara empiris suami-suami itu jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.

Baca juga: Ngeri Kali Judul Berita HIV/AIDS Ini

Sejatinya KPA Jakarta Barat membalik paradigma berpikir yaitu yang dites bukan ibu hamil, tapi suami perempuan hamil sehingga suami-suami itu tidak bisa lagi mengelak untuk melakukan tes HIV.

Di Indonesia perempuan selalu jadi objek dalam banyak hal, seperti sosiaisasi terkait dengan HIV/AIDS dan IMS (infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, antara pengidap IMS ke orang lain dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, yaitu: kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), klamdia, jengger ayam, virus hepatitis B, virus kanker serviks, trikomona, herpes genitalis, dan kutil kelamin).

Padahal, yang menularkan HIV/AIDS dan IMS ke perempuan, bahkan pekerja seks komersial (PSK), justru laki-laki. Maka, seharusnya yang jadi sasaran sosialisasi adalah laki-laki.

Di bagian lain disebutkan pula: Kelompok orang yang termasuk berisiko tinggi tertular HIV AIDS, yakni:

  • Pengguna narkoba dengan jarum suntik
  • Kerap berganti pasangan
  • Berhubungan seks tanpa kondom dengan pasangan tidak resmi

Pernyataan di atas juga tidak akurat. Risiko tertular HIV/AIDS melalui jarum suntik pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) harus dilakukan secara bersama-sama dengan cara memakai jarum suntik dan tabung secara bergiliran dan bergantian. Kalau seseorang memakai Narkoba dengan jarum suntik sendirian, maka sampai kiamat pun tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.

Baca juga: Risiko Tertular HIV/AIDS Bukan Berdasarkan Ciri-ciri HIV Tapi Terkait dengan Perilaku Seksual Berisiko

Lalu, soal 'Kerap berganti pasangan' bisa berisiko tertular HIV/AIDS kalau laki-laki tidak memakai kondom setiap hubungan seksual.

Selanjutanya tentang 'Berhubungan seks tanpa kondom dengan pasangan tidak resmi' jelas ini menyesatkan karena penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual, tapi karena kondisi hubungan seksual (Lihat matrik sifat dan kondisi hubungan seksual).

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Disebutkan pula tentang 'ciri-ciri dan gejala-gejala AIDS.' Ini makin kacau karena tertular HIV saja tidak, bagaimana bisa ada gejala-gejala AIDS.

Gejala-gejala AIDS disebut:

  • Demam tinggi
  • Menggigil dan keringat malam
  • Ruam
  • Masalah pernapasan dan batuk terus-menerus
  • Penurunan berat badan yang parah
  • Bintik putih di mulut
  • Luka genital
  • Kelelahan biasa
  • Radang paru-paru
  • Masalah memori

Gejala yang disebut bisa dikaitkan dengan masa AIDS jika seseorang yang mengalaminya pernah atau sering melakukan salah satu atau beberapa perilaku berisiko tertular HIV/AIDS. Kalau tidak pernah, maka ciri-ciri atau gejala-gejala yang disebut terkait dengan HIV/AIDS sama sekali tidak ada hubungannya dengan infeksi HIV. *

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun