Baca juga: Gejala HIV/AIDS Tidak Otomatis Membuktikan Sudah Tertular HIV/AIDS
Berita ini membuat banyak orang khawatir dan was-was karena mereka pernah atau sering mengalami ciri-ciri di atas, padahal tidak pernah melakukan perilaku seksual dan nonseksual yang berisiko tertular HIV/AIDS. Itu artinya berita ini tidak mencerahkan tapi menyesatkan.
Disebukan pula: Sukarno mengajak masyarakat agar tidak takut untuk melakukan pemeriksaan HIV, khususnya ibu hamil.
Masalah yang sangat mendasar adalah suami ibu-ibu hamil yang terdeteksi HIV-positif tidak mau menjalani tes HIV. Maka, secara empiris suami-suami itu jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di masyarakat, terutama melalui hubungan seksual tanpa kondom di dalam dan di luar nikah.
Baca juga: Ngeri Kali Judul Berita HIV/AIDS Ini
Sejatinya KPA Jakarta Barat membalik paradigma berpikir yaitu yang dites bukan ibu hamil, tapi suami perempuan hamil sehingga suami-suami itu tidak bisa lagi mengelak untuk melakukan tes HIV.
Di Indonesia perempuan selalu jadi objek dalam banyak hal, seperti sosiaisasi terkait dengan HIV/AIDS dan IMS (infeksi menular seksual yaitu penyakit-penyakit infeksi yang ditularkan melalui hubungan seksual, di dalam dan di luar nikah, antara pengidap IMS ke orang lain dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, yaitu: kencing nanah (GO), raja singa (sifilis), klamdia, jengger ayam, virus hepatitis B, virus kanker serviks, trikomona, herpes genitalis, dan kutil kelamin).
Padahal, yang menularkan HIV/AIDS dan IMS ke perempuan, bahkan pekerja seks komersial (PSK), justru laki-laki. Maka, seharusnya yang jadi sasaran sosialisasi adalah laki-laki.
Di bagian lain disebutkan pula: Kelompok orang yang termasuk berisiko tinggi tertular HIV AIDS, yakni:
- Pengguna narkoba dengan jarum suntik
- Kerap berganti pasangan
- Berhubungan seks tanpa kondom dengan pasangan tidak resmi
Pernyataan di atas juga tidak akurat. Risiko tertular HIV/AIDS melalui jarum suntik pada penyalahguna Narkoba (narkotika dan bahan-bahan berbahaya) harus dilakukan secara bersama-sama dengan cara memakai jarum suntik dan tabung secara bergiliran dan bergantian. Kalau seseorang memakai Narkoba dengan jarum suntik sendirian, maka sampai kiamat pun tidak ada risiko penularan HIV/AIDS.