(6). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan waria yang tidak diketahui status HIV-nya. Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong),
(7). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan waria heteroseksual yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom,
(8). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom,
(9). Laki-laki dewasa homoseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom,Â
(10). Laki-laki dewasa biseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal, seks vaginal dan seks oral) dengan laki-laki atau perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi tidak memakai kondom.Â
Pertanyaan untuk Indah: Bagaimana cara yang bisa dilakukan orang tua dan guru untuk melarang anak-anak atau murid-murid agar tidak melakukan perilaku-perilaku seksual berisiko di atas?
Apakah cukup hanya dengan, seperti yang dikatakan Indah: .... edukasi sosial soal HIV/AIDS?
Sosialisasi dan edukasi tentang HIV/AIDS sudah dilakukan sejak awal epidemi di tahun 1987, tapi hasilnya nol besar.
Hal itu terjadi karena selama ini materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis HIV/AIDS dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah).
Misalnya, seperti yang dikatakan oleh Indah dalam berita ini yaitu mengaitkan ' .... pergaulan-pergaulan yang diluar batas' dengan HIV/AIDS. Jika berpijak pada fakta perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS di atas tidak ada kaitannya dengan 'pergaulan-pergaulan yang diluar batas.'
Selama Pemkab Lumajang membalut informasi HIV/AIDS dengan norma, moral dan agama, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' *