Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Bicara Soal HIV/AIDS pada Remaja di Lumajang Tanpa Data

24 September 2022   06:39 Diperbarui: 24 September 2022   06:41 362
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi. (Sumber: metromaleclinic.com)

Wakil Bupati Lumajang, Indah Amperawati, bicara soal jika HIV/AIDS pada remaja tapi tanda data jumlah kasus HIV/AIDS pada remaja

Wakil Bupati Lumajang (Jawa Timur/Jatim-pen.), Indah Amperawati, mengatakan, apabila penyakit menular itu menyerang para remaja dan pemuda, maka peran orang tua sangat dibutuhkan. Ini ada dalam berita "Kasus HIV/AIDS Meningkat, ini Pesan Wabup Lumajang" di pantura7.com (23/9-2022).

Celakanya, dalam berita tidak ada keterangan, penjelasan atau informasi tentang jumlah remaja dan pemuda yang tertular HIV/AIDS di Kabupaten Lumajang.

Selan itu HIV/AIDS bukan penyakit menular yang menyerang, tapi virus, dalam hal ini HIV, yang menginfeksi darah orang-orang yang tertular HIV/AIDS. Yang menular HIV sebagai virus, sedangkan AIDS adalah masa (secara statistik terjadi antara 5-15 tahun setelah tertular jika tidak minum obat antiretroviral/ARV).

Dalam berita disebutkan: Jika pada tahun 2021 tercatat ada 174 kasus, setahun kemudian jumlahnya meningkat. Hingga mendekati akhir September 2022, HIV/AIDS menjadi 284 kasus.

Lagi pula kasus HIV/AIDS pada remaja dan pemuda secara empiris ada di terminal terakhir karena mereka tidak mempunyai istri.

Bandingkan dengan laki-laki dewasa beristri jika tertular HIV/AIDS. Mereka akan menularkan HIV/AIDS ke istrinya. Selanjutnya jika istri tertular, maka ada pula risiko si istri menularkan HIV/AIDS ke bayi yang dikandungnya terutama saat persalinan dan menyusui dengan air susu ibu (ASI). (Lihat matriks risiko penyebaran HIV/AIDS pada remaja dan laki-laki beristri).

Matriks: Risiko penyebaran HIV/AIDS pada remaja dan laki-laki beristri. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Risiko penyebaran HIV/AIDS pada remaja dan laki-laki beristri. (Foto: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Bahkan, ada laki-laki yang beristri lebih dari satu, selain itu ada juga yang punya selingkuhan dan jadi pelanggan waria atau pekerja seks komersial (PSK).

Baca juga: AIDS di Purbalingga: Ironis, Kasus HIV/AIDS Justru Ditemui pada Laki-laki Beristri

Itu artinya risiko penyebaran HIV/AIDS melalui laki-laki beristri lebih potensial daripada remaja dan pemudan.

Di bagian lain Indah mengatakan: "Jadi pergaulan-pergaulan yang diluar batas itu hendaknya menjadi perhatian dari para orang tua."

Kasus-kasus HIV/AIDS yang terdeteksi pada orang tua jusru menunjukkan perilaku seksual orang tua yang berisiko tertular HIV/AIDS.

Yang perlu diingat tidak ada kaitan antara 'pergaulan di luar batas' dengan penularan HIV/AIDS. Penularan HIV/AIDS melalui hubungan seksual bukan karena sifat hubungan seksual (di luar batas, seks bebas, pergaulan bebas, zina, selingkuh, melacur, homoseksual dan lain-lain), tapi karena kondisi saat terjadi hubungan seksual (Lihat matrik sifat dan kondisi hubungan seksual).

Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)
Matriks: Sifat dan kondisi hubungan seksual terkait dengan risiko penularan HIV/AIDS. (Sumber: Dok Pribadi/Syaiful W. Harahap)

Perilaku-perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS, yaitu:

(1). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(2). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(3). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di luar nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(4). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di luar nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,

(5). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan perempuan yang sering berganti-ganti pasangan, dalam hal ini pekerja seks komersial (PSK) langsung dan PSK tidak langsung, cewek prostitusi online, yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom, 

(6). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan waria yang tidak diketahui status HIV-nya. Sebuah studi di Kota Surabaya tahun 1990-an menunjukkan pelanggan waria kebanyak laki-laki beristri. Mereka jadi 'perempuan' ketika seks denga waria (ditempong), sedangkan waria jadi 'laki-laki' (menempong),

(7). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan waria heteroseksual yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi waria tidak memakai kondom,

(8). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral) dengan gigolo yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi gigolo tidak memakai kondom,

(9). Laki-laki dewasa homoseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal dan seks oral) dengan pasangan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi yang menganal tidak memakai kondom, 

(10). Laki-laki dewasa biseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks anal, seks vaginal dan seks oral) dengan laki-laki atau perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi tidak memakai kondom. 

Pertanyaan untuk Indah: Bagaimana cara yang bisa dilakukan orang tua dan guru untuk melarang anak-anak atau murid-murid agar tidak melakukan perilaku-perilaku seksual berisiko di atas?

Apakah cukup hanya dengan, seperti yang dikatakan Indah: .... edukasi sosial soal HIV/AIDS?

Sosialisasi dan edukasi tentang HIV/AIDS sudah dilakukan sejak awal epidemi di tahun 1987, tapi hasilnya nol besar.

Hal itu terjadi karena selama ini materi komunikasi, informasi dan edukasi (KIE) tentang HIV/AIDS selalu dibalut dan dibumbui dengan norma, moral dan agama sehingga menenggelamkan fakta medis HIV/AIDS dan menyuburkan mitos (anggapan yang salah).

Misalnya, seperti yang dikatakan oleh Indah dalam berita ini yaitu mengaitkan ' .... pergaulan-pergaulan yang diluar batas' dengan HIV/AIDS. Jika berpijak pada fakta perilaku seksual berisiko tertular HIV/AIDS di atas tidak ada kaitannya dengan 'pergaulan-pergaulan yang diluar batas.'

Selama Pemkab Lumajang membalut informasi HIV/AIDS dengan norma, moral dan agama, maka selama itu pula insiden infeksi HIV baru akan terus terjadi yang kelak bermuara pada 'ledakan AIDS.' *

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun