Menurut Kepala Dinas Kesehatan Kota Bekasi Tanti Rohilawati: "Tujuan pemberian kondom ini sebagai pencegahan penularan HIV/AIDS pada pasangan diskordan atau pasangan yang salah satunya positif HIV/AIDS." Dilanjutkan oleh Tanti, langkah tersebut dinilai dapat mengurangi risiko penyebaran HIV/AIDS hingga 95 persen
Celakanya Tanti tidak menjelaskan secara rinci dan media juga tidak mengulasnya, yaitu: risiko penyebaran HIV/AIDS kapan dan dari siapa ke siapa?
Panjelasan Tanti itu mengesankan dengan memberikan kondom kepada pasangan yang salah satu mengidap HIV/AIDS penyebaran HIV/AIDS secara umum berkurang 95 persen.
Hal itu ngawur karena pemberian kondom itu hanya kepada pasangan yang salah satu, suami atau istri, yang terdeteksi mengidap HIV/AIDS.
Padahal, ada pengidap HIV/AIDS yang tidak mempunyai pasangan yang juga mengidap HIV/AIDS yang tidak terdeteksi. Nah, mereka inilah yang justru jadi mata rantai penyebaran HIV/AIDS di Kota Bekasi khusunya dan di Indonesia umumnya karena epidemi HIV/AIDS tidak mengenal batas adminstrasi fisik antara daerah, bahkan antar negara.
Lagi pula pasangan yang terdeteksi HIV/AIDS itu ada di hilir, yaitu mereka yang sudan pernah atau sering melakukan perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS. Perilaku-perilaku seksual berisiko tinggi tertular HIV/AIDS, yaitu:
(1). Laki-laki dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan perempuan yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,
(2). Perempuan dewasa heteroseksual yang pernah atau sering melakukan hubungan seksual penetrasi (seks vaginal, seks anal dan seks oral), di dalam nikah, dengan laki-laki yang berganti-ganti yang tidak diketahui status HIV-nya dengan kondisi laki-laki tidak memakai kondom,