Begitu pula dengan cap pos dengan nama terminal bus, pelabuhan laut dan bandara akan bernilai tinggi dari aspek filatelis. Tentu saja Pos harus menyediakan warkat pos dan kartu pos yang sudah memamai prangko. Bisa saja dibuat per regional agar tidak banyak variasi. Misalnya, Indonesia, ASEAN, Asia, dst. Di tempat-tempat itu juga harus disediakan Bis Surat yang memudahkan konsumen mengirim surat.
Kode pos nasional pun kurang memasyarakat karena mengabaikan nama daerah yang khas karena kode pos berpatokan pada nama ibu kota kabupaten [Kode Pos (di) Indonesia Tidak Merakyat!].
Sudah saatnya Pos meningkatkan minat masyarakat untuk kembali berkirim surat. Dulu dikenal korespodensi, al. pertemanan melalui surat-menyurat yang memunculkan klub-klub persahabatan melalui berkirim surat, seperti 'Sahabat Pena'. Sampai ada majalah "Merpati Pos" terkait dengan korespondesi.
Mendorong masyarakat kembali menggemari korespondensi selain menghidupkan Pos juga besar artinya dalam meningkatkan kemampuan menulis sehingga mendorong minat baca. *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H