Memang, Dr Lim tidak menyimpulkan bahwa menonton pornografi adalah hal yang buruk dan mengakibatkan hal lain, tapi kebiasaan itu paling tidak mempengaruhi kesehatan mental dan seksualitas. Dr Lim juga mengatakan temuan ini punya berimplikasi penting untuk mengembangkan pendidikan seksual yang relevan.
Informasi tentang seksual di lingkungan keluarga, seperti menstruasi dan mimpi basah saja, hampir tidak ada. Begitu juga di sekolah dan di media massa serta media sosial, maka Dr Lim menyimpulkan: "Jadi anak muda mungkin mencari informasi lebih jauh tentang hal yang mereka ingin tahu, dan satu-satunya cara yang mereka bisa akses adalah melalui pornografi."
"Hipotesa kami remaja ini luput dari pendidikan seks tradisional dan bahkan di media," kata Dr Lim. Untuk itulah Dr Lim melihat perlu ada pendidikan seksualitas di sekolah, tapi tidak menjelaskan dengan rinci misalnya bagaimana melakukan seks anal.
Upaya memberikan pendidikan seksualitas di sekolah sudah bergulir sejak lama tapi terus menuai pro dan kontra. Maka, yang jauh lebih arif adalah melakukannya di lingkungan keluarga seperti yang dijalankan keluarga Jepang ini (Anda Bisa Tiru Cara Keluarga Jepang Ini Lakukan Edukasi Seks).
Tidak harus ilmiah. Mulailah dengan memberikan informasi tentu organ-organ seksual, menstruasi dan mimpi basah. Memang, tidak semudah diucapkan tapi sudah mendesak untuk dilakukan karena insiden KTD dan kasus IMS dan HIV/AIDS sudah banyak terdeteksi di kalangan remaja. *
Jakal Km 5,6 Yogyakarta, 5/7-2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H