Namun, banyak daerah dan kalangan yang tidak bisa menerima warga yang tidak memeluk salah satu dari agama resmi di Indonesia. Bahkan ada yang ekstrim dengan menganggap agama yang dipeluknyalah yang paling benar sehingga mengata-ngatai agama lain. Inilah salah satu faktor yang mendorong intoleransi.
Karena berpijak pada keyakinan dengan iman (beliefs), maka amatlah masuk akal kalau kemudian ada yang memeluk agama (samawi) dan ada pula yang berpegang pada religi. Maka, bukan kebebasan beragama, tapi kebebasan memilih keyakinan yang tetap mengacu kepada Yang Maha Kuasa. ***
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!