Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

Menyoal Otonomi Daerah yang (Sudah) ‘Memecah Belah’ Bangsa

13 Februari 2016   11:12 Diperbarui: 13 Februari 2016   11:19 280
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sedangkan Presiden Jokowi juga melantik dua gubernur di Istana yaitu, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama (19/11/2014), dan Gubernur Banten, Rano Karno (12/8-2015).

Pada kesempatan pelantikan itu itu Presiden mengingatkan agar gubernur dan wakil gubernur sebagai wakil pemerintah pusat di daerah melaksanakan pembangunan di daerahnya dengan berpedoman pada visi-misi Presiden. "Dengan cara itu, kita bisa membangun keterpaduan, keintegrasian, memperkuat sinergi dalam percepatan pembangunan nasional," kata Presiden.

Persoalannya kemudian adalah tidak ada garis komando dari gubernur ke bupati dan walikota karena secara de facto gubernur tidak mempunyai wilayah. Maka, amatlah masuk akal kalau UU Otda direvisi dengan mengatur otonomi ada pada gubernur sehingga roda pemerintahan di kabupaten dan kota bisa berjalan dengan garis komando gubernur.

Tentu saja hal ini akan ditentang habis-habisan karena banyak kepentingan. Bayangkan, ada 34 provinsi, 416 kabupaten dan 94 kota. Nah, dalam pilkada calon-calon gubernur/wakil gubernur, bupati/wakil bupati, serta walikota/wakil walikota akan mencari ‘perahu’ sebagai tumpangan yaitu partai politik (parpol). Nah, di sini ‘kan ada ‘ongkos perahu’ yang jumlahnya bisa puluhan miliar.

Maka, adalah ‘mimpi di siang bolong’ parpol akan lapang dada merevisi UU Otda. Mereka menikmati ‘ongkos perahu’ sementara rakyat gigit jari menghadapi sebagian besar ‘raja-raja’ yang tidak berpihak pada rakyat yang memilih mereka. ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun