Lagi-lagi pengatian AIDS dengan ’seks bebas’ menyesatkan karena penularan HIV bukan karena sifat hubungan seksual (’seks bebas’), tapi karena kondisi hubungan seksual (salah salah satu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom).
Penanggulangan kian mengawang karena di beberapa peraturan daerah (Perda) penanggulangan dan pencegahan AIDS yang dikedepankan sebagai cara penanggulangan dan pencegahan adalah moral. Ada perda yang menyatakan cara mencegah HIV adalah dengan meningkatkan iman dan taqwa. Ada pula yang menyebutkan mencegah HIV dengan meningatkan ketahanan keluarga, perilaku hidup sehat, dll.
Bagaimana menakar iman dan taqwa, dan ketahanan keluarga yang bisa mencegah penularan HIV? Itu semua justru mendorong masyarakat untuk melakukan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap Odha karena dianggap mereka tertular akbiat tidak beriman dan tidak bertakwa serta tidak ada ketahanan keluarganya.
Itu semua hanya semboyan ’pepesan kosong’ sebagai mitos (anggapan yang salah) karena tidak menyentuh akar persoalan penyebaran HIV. Penyebaran HIV terus terjadi secara horizontal di masyarakat karena banyak orang yang tidak menyadari perilakunya berisiko tertular dan menularkan HIV.
Jika kita ingin menangulangi epidemi HIV, khususnya penularan melalui hubungan seksual, maka perlu ada kampanye yang komprehensif dengan anjuran: hindari hubungan seksual di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial langsung (seperti PSK di lokasi dan lokalisasi pelacuran, losmen, hotel melati dan hotel berbintang, serta perempuan panggilan) dan pekerja seks tidak langsung (seperti cewek bar, perempuan pemijat di panti pijat plus-plus, ’anak sekolah’, ’cewek kampus’, dll.).
Apakah kita (akan) tetap membalut lidah dengan moral dalam menyampaikan informasi HIV/AIDS dengan membiarkan perilaku berisiko tertular dan menularkan HIV terus berlangsung? * [Syaiful W. Harahap] *
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H