Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Indonesia Menanggulangi AIDS dengan Mitos

4 Oktober 2010   03:27 Diperbarui: 18 Desember 2018   19:20 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lagi-lagi pengatian AIDS dengan ’seks bebas’ menyesatkan karena penularan HIV bukan karena sifat hubungan seksual (’seks bebas’), tapi karena kondisi hubungan seksual (salah salah satu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom).

Penanggulangan kian mengawang karena di beberapa peraturan daerah (Perda) penanggulangan dan pencegahan AIDS yang dikedepankan sebagai cara penanggulangan dan pencegahan adalah moral. Ada perda yang menyatakan cara mencegah HIV adalah dengan meningkatkan iman dan taqwa. Ada pula yang menyebutkan mencegah HIV dengan meningatkan ketahanan keluarga, perilaku hidup sehat, dll.

Bagaimana menakar iman dan taqwa, dan ketahanan keluarga yang bisa mencegah penularan HIV? Itu semua justru mendorong masyarakat untuk melakukan stigma (cap buruk) dan diskriminasi (perlakuan berbeda) terhadap Odha karena dianggap mereka tertular akbiat tidak beriman dan tidak bertakwa serta tidak ada ketahanan keluarganya.

Itu semua hanya semboyan ’pepesan kosong’ sebagai mitos (anggapan yang salah) karena tidak menyentuh akar persoalan penyebaran HIV. Penyebaran HIV terus terjadi secara horizontal di masyarakat karena banyak orang yang tidak menyadari perilakunya berisiko tertular dan menularkan HIV.

Jika kita ingin menangulangi epidemi HIV, khususnya penularan melalui hubungan seksual, maka perlu ada kampanye yang komprehensif dengan anjuran: hindari hubungan seksual di dalam dan di luar nikah dengan pasangan yang berganti-ganti atau dengan yang sering berganti-ganti pasangan, seperti pekerja seks komersial langsung (seperti PSK di lokasi dan lokalisasi pelacuran, losmen, hotel melati dan hotel berbintang, serta perempuan panggilan) dan pekerja seks tidak langsung (seperti cewek bar, perempuan pemijat di panti pijat plus-plus, ’anak sekolah’, ’cewek kampus’, dll.).

Apakah kita (akan) tetap membalut lidah dengan moral dalam menyampaikan informasi HIV/AIDS dengan membiarkan perilaku berisiko tertular dan menularkan HIV terus berlangsung? * [Syaiful W. Harahap] *

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun