Mohon tunggu...
Syaiful W. HARAHAP
Syaiful W. HARAHAP Mohon Tunggu... Blogger - Peminat masalah sosial kemasyarakatan dan pemerhati berita HIV/AIDS

Aktivis LSM (media watch), peminat masalah sosial kemasyarakatan, dan pemerhati (berita) HIV/AIDS

Selanjutnya

Tutup

Gadget

Indonesia Menanggulangi AIDS dengan Mitos

4 Oktober 2010   03:27 Diperbarui: 18 Desember 2018   19:20 246
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi (Sumber: india.com)

Jika di daerah lain kegiatan kampanye dan fasilitas VCT tidak ditingkatkan maka kasus-kasus HIV tidak akan terdeteksi sehingga kelak akan menjadi ’bom waktu’ ledakan AIDS.

Menteri mengatakan: ” .... penyadaran dan pendampingan terhadap penderita HIV/AIDS perlu terus ditingkatkan, agar jumlah mereka dapat diminimalkan.” Pernyataan ini tidak jelas karena dengan penyadaran dan pendampingan pun jumlah Odha (Orang dengan HIV/AIDS) tidak akan berkurang.

Yang perlu dilakukan terhadap Odha adalah menguatkan sikap mereka agar tidak menularkan HIV kepada orang lain. Ini dikenal dengan semboyan ’AIDS Stop Sampai di Sini’. Maksudnya, mereka sepapat dan berjanji pada dirinya untuk tidak menularkan HIV kepada orang lain.

Sikap Odha itu bisa terjamin kalau mereka ditangani sesudai dengan prosedur, terutama untuk tes HIV. Selama ini sering terjadi tes HIV dengan tameng survailans IMS (infeksi menular seksual, seperti GO, sifilis, klamidia, hepatitis B, dll.) sehingga dilakukan tanpa standar prosedur operasi tes HIV yang baku.

Tes dilakukan secara paksa tanpa konseling sebelum dan sesudah tes. Tes juga tanpa persetujuan dan tidak menganut asas anonim (tidak ada tanda atau kode pada contoh darah yang bisa menunjukkan kepemilikan darah). Bahkan, sering pula tanpa asas konfidensial (kerahasiaan) sehingga sering terjadi identitas disampaikan ke publik melalui wartawan (media massa).

Pengalaman Yayasan Pelita Ilmu (YPI), sebuah LSM yang menangani HIV/AIDS di Jakarta, menunjukkan Odha yang mereka tangani selalu berjanji akan menghentikan penyebaran HIV mulai dari dirinya. Itu terjadi karena sebelum tes dilakukan konseling. Mereka dibolehkan tes HIV setelah benar-benar memahami HIV/AIDS dan berjanji akan menghentikan penyebaran HIV mulai dari dirinya.

’Seks Bebas’

Selama program-program penanggulangan epidemi HIV tidak menyentuh akar persoalan maka selama itu pula penyebaran HIV akan terjadi. Salah satu faktor yang membuat banyak orang tidak menyadari dirinya berisiko tertular HIV adalah pengaitan HIV/AIDS dengan moral sehingga fakta (medis) tentang HIV/AIDS kabur.

Misalnya, dalam berbagai brosur, pamflet, ceramah, dll. disebutkan bahwa HIV menular melalui seks pranikah, zina, melacur, ’jajan’, selingkuh, dan homoseksual. Ini menyestkan karena penularan HIV melalui hubungan seksual bisa terjadi di dalam dan di luar nikah jika salah satu dari pasangan itu HIV-positif dan laki-laki tidak memakai kondom.

Kampanye penanggulangan HIV/AIDS kian runyam karena belakangan ini ada istilah yang menjadi ’semboyan nasional’ sebagai penyebab AIDS yaitu ’seks bebas’. Di tataran masyarakat ’seks bebas’ diartikan sebagai zina atau melacur dengan pekerja seks komersial (PSK) di lokalisasi atau lokasi pelacuran.

Maka, berbagai organisasi massa mendesak pemerintah daerah untuk menutup lokasi atau lokalisasi pelacuran. Padahal, praktek pelacuran tidak hanya terjadi di lokasi atau lokalisasi pelacuran. Celakanya, polisi dan polisis pamong praja hanya punya nyali merazia losmen dan hotel melati. Akbatnya, praktek pelacuran di hotel berbintang berjalan mulus.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gadget Selengkapnya
Lihat Gadget Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun