Mohon tunggu...
Inez Teressa
Inez Teressa Mohon Tunggu... Hoteliers - Profesional industri hotel di Bali

Mahasiswa Pascasarjana - Sekolah Tinggi Pariwisata Trisakti, Jakarta

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Menilik Pesona Garuda Wisnu Kencana di Musim Pandemi

11 Desember 2021   03:38 Diperbarui: 12 Desember 2021   08:27 3233
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Proses pembuatan detail tubuh GWK/dokumentasi pribadi

Siapa yang tidak tahu Garuda Wisnu Kencana? Patung berukuran "mega" dengan warna biru kehijauan yang terletak di bagian selatan pulau Bali ini berdiri kokoh sejak September 2018, sepertinya sudah menjadi ikon 'Pulau Dewata', dikenal oleh wisatawan domestik maupun mancanegara. Tapi, apa saja yang kalian ketahui mengenai destinasi wisata ini? Apa saja yang ada di dalamnya? Saya akan mengulasnya dalam artikel ini.

Dua minggu lalu saya berkesempatan mengunjungi taman budaya ini, tepat sehari setelah Garuda Wisnu Kencana Cultural Park (GWK) akhirnya "memberanikan diri" untuk beroperasi setiap hari, dimana sebelumnya akibat pandemi Covid-19, GWK sempat tutup cukup lama, dari bulan Februari 2020 (tutup sementara), sempat buka untuk wisatawan di penghujung tahun 2020 namun kembali tutup akibat lonjakan kasus Covid-19 hingga akhirnya di bulan Oktober 2021 mulai beroperasi lagi meskipun hanya di akhir pekan.

Sebagai "anak rantau" yang tinggal di Bali, sejujurnya ini kali pertama saya mengunjungi GWK dalam rangka "berwisata". Sebenarnya berwisata di era pandemi penuh dilema. Di satu sisi, kebutuhan untuk "liburan" sudah sangat mendesak tetapi di sisi lain masih ada kekhawatiran apakah destinasi wisata ini aman atau tidak. 

Namun dengan pertimbangan bahwa GWK ini adalah area terbuka, dekat dengan tempat tinggal saya di Nusadua, berbekal rasa penasaran untuk melihat apa isi dari tempat wisata ini, dan juga keinginan untuk refreshing setelah back-to-back meeting seminggu penuh, berangkatlah saya menuju GWK.

Pintu Utama Garuda Wisnu Kencana/dokumentasi pribadi
Pintu Utama Garuda Wisnu Kencana/dokumentasi pribadi
Lokasi destinasi wisata ini cukup strategis, akses utama melalui Jalan Raya Uluwatu (sekitar 15 menit dari Bandara Internasional I Gusti Ngurah Rai), pengunjung dapat dengan mudah mencari pintu masuk menuju GWK. 

Fasilitas GWK

Fasilitas parkir dikelola sendiri oleh GWK, tempatnya cukup luas dan rapi, tarifnya juga terbilang murah. Pengunjung dengan kendaraan roda empat hanya perlu membayar Rp 10.000 per kendaraan (sekali masuk) dan Rp 20.000 untuk bus. 

Di loket masuk area parkir, petugas akan melakukan pencatatan jumlah pengunjung dan menuliskannya di Kartu Pemesanan Tiket yang nantinya ditukar di ticketing area. Pengunjung dapat menggunakan shuttle service dari tempat parkir menuju ticketing area di Plaza Bhagawan, gratis.

Kartu Pemesanan Tiket/Dokumentasi pribadi
Kartu Pemesanan Tiket/Dokumentasi pribadi
Protokol kesehatan dijalankan dengan baik mulai dari shuttle service station di area parkir, papan besar dengan QR code PeduliLindungi dapat dipindai oleh pengunjung sebelum mengantri naik ke shuttle bus, di tahapan selanjutnya ada tempat cuci tangan lengkap dengan sabun, beberapa petugas juga ditempatkan di area ini untuk melakukan verifikasi hasil pindai QR code dan mengecek suhu tubuh pengunjung, baru akhirnya dipersilakan masuk ke dalam antrian. 

Di jalur ini juga terdapat banyak papan informasi untuk mengingatkan pengunjung agar menerapkan protokol kesehatan selama melakukan kunjungan di GWK seperti menggunakan masker, mencuci tangan, menjaga jarak, dan sebagainya.

Shuttle Bus Station/Dokumentasi pribadi
Shuttle Bus Station/Dokumentasi pribadi
Antrean Shuttle Bus Station/Dokumentasi pribadi
Antrean Shuttle Bus Station/Dokumentasi pribadi
Tidak menunggu lama, saya pun naik ke shuttle bus yang disediakan. Kondisinya masih sangat bagus dan sungguh nyaman. Bagi saya yang kurang suka dengan kerumunan, ini merupakan sebuah pelayanan yang baik dari GWK. 

Pengadaan jumlah armada yang memadai tentu akan mengurangi banyak orang dalam antrian, ditambah juga pengurangan kapasitas shuttle bus sendiri, saya jadi tidak perlu berdesakan dengan pengunjung lainnya.

Shuttle bus/dokumentasi pribadi
Shuttle bus/dokumentasi pribadi
Sampai di Plaza Bhagawan, terdengar alunan musik rindik Bali dari sudut sebelah kiri menyambut pengunjung yang baru turun. Petugas-petugas yang ramah menyapa setiap pengunjung dan siap menawarkan bantuan untuk mendapatkan tiket masuk. 

Rupanya tiket masuk GWK ini dapat dibeli secara online melalui website yang terhubung ke aplikasi Traveloka, jadi pengunjung hanya perlu menukarkan kode pesanan dengan tiket masuk. 

Selain itu tersedia dua cara untuk membeli tiket di tempat, cara konvensional melalui loket yang dilayani petugas, cara lainnya terdapat self-kiosk yang bisa digunakan mandiri oleh pengunjung untuk membeli dan mencetak tiket. Karena saat itu uang tunai saya terbatas dan lumayan banyak antrian di loket, saya memilih self-kiosk agar transaksi lebih cepat dan saya bisa segera masuk ke dalam.

Self-kiosk/Dokumentasi pribadi
Self-kiosk/Dokumentasi pribadi
Di mesin ini ada tiga pilihan tiket (harga per pengunjung): tiket masuk saja seharga Rp 85.000, tiket Statue Tour seharga Rp 50.000, dan layanan buggy seharga Rp 30.000. Dijelaskan oleh petugas yang berada dekat saya bahwa layanan buggy hanya berlaku satu arah dari loket penjualan tiket sampai ke titik depan patung Garuda Wisnu, menuju arah sebaliknya pengunjung harus tetap berjalan kaki. Maka saya putuskan untuk membeli tiket masuknya saja. 

Tanda Terima Pembelian/dokumentasi pribadi
Tanda Terima Pembelian/dokumentasi pribadi
Tidak sampai lima menit, tiket berhasil dicetak dan sudah dalam genggaman. Saya cukup terkejut karena tiket yang keluar sampai lima lembar. Ternyata walaupun masih berlaku harga promo Rp 85.000 (harga normal Rp 125.000), sudah termasuk didalamnya kupon welcome drink yang bisa ditukarkan di Jendela Bali (restoran di GWK), kupon untuk gratis berfoto satu kali di Asana Artseum, kupon free merchandise untuk pembelanjaan minimum Rp 25.000 di Kencana Souvenir Shop, tiket masuk dengan QR code, dan tanda terima pembelian. Untuk harga segitu, bisa terbilang murah dengan benefit-benefit yang didapat. 

Petualangan dimulai...

Dari loket penjualan tiket hingga ke pintu masuk ternyata lumayan jauh jaraknya dengan jalur yang agak menanjak. Sepanjang jalan terdapat kios-kios yang disewakan GWK, banyak kios yang terbengkalai karena terpaksa tutup akibat pandemi, sisanya yang beroperasi kebanyakan diisi oleh warung-warung makanan dan penjual souvenir yang dikelola oleh masyarakat setempat. 

Saya lumayan terperanjat sewaktu melihat harga-harga makanan minuman yang tertulis di papan depan warung. Harganya relatif murah dan sangat terjangkau, ini jauh berbeda dengan pengalaman saya selama ini bahwa makanan minuman di daerah wisata itu "mahal" karena harga yang cenderung tidak masuk akal.

Deretan kios/dokumentasi pribadi
Deretan kios/dokumentasi pribadi

Setelah 10 menit berjalan, tibalah saya di Tirta Amertha, taman air mancur dengan miniatur patung Garuda Wisnu di tengahnya. Lokasinya persis berada di depan gate masuk. Pilar-pilar menuju gate masuk dihiasi oleh patung-patung dari tokoh mitologi Hindu.

Tirta Amertha/dokumentasi pribadi
Tirta Amertha/dokumentasi pribadi

Setelah melewati pos pengecekan tas, akhirnya saya berada di "dalam" kawasan GWK dan semakin dekat menuju ke patung raksasa. Area pertama ini adalah Lotus Pond, lahan luas diantara tebing-tebing kapur tinggi. 

Saya jadi teringat lima tahun lalu, kali pertama saya ke GWK untuk mengikuti festival musik, lautan manusia memenuhi seluruh area GWK. Kondisi yang sangat jauh berbeda pada kunjungan kali ini. Kosong.

Lotus Pond/dokumentasi pribadi
Lotus Pond/dokumentasi pribadi

Saya baru menyadari ternyata penamaan lokasi-lokasi dalam kawasan GWK ini bermakna cukup dalam. Lotus Pond sendiri diambil dari kata "lotus" atau teratai yang merupakan salah satu bunga yang dianggap suci dalam pandangan spiritual Hindu. Bunga ini melambangkan keabadian, keberuntungan, dan kekayaan, selalu ada dalam genggaman Dewa Wisnu.

Di sisi kiri Lotus Pond, ada tangga naik menuju Plaza Garuda, yaitu taman dengan simbol patung Garuda. Menurut mitologi Hindu, burung Garuda berwujud setengah manusia setengah burung yang mengabdi sebagai wahana Dewa Wisnu. Garuda melambangkan kesetiaan, kepercayaan, dan pengorbanan.

Plaza Garuda/dokumentasi pribadi
Plaza Garuda/dokumentasi pribadi

Di sebelah kiri patung Garuda, pengunjung bisa melihat patung Dewa Wisnu dari tampak belakang. Patung ini berukuran sama persis dengan patung Dewa Wisnu yang digabungkan di patung raksasa Garuda Wisnu. Sengaja ditempatkan disini agar pengunjung bisa melihat dan mengagumi dari dekat detail patungnya.

Plaza Wisnu/dokumentasi pribadi
Plaza Wisnu/dokumentasi pribadi

Melewati dinding batu kapur raksasa kedua, saya tiba di lahan luas berikutnya yaitu Festival Park yang saat ini digunakan sebagai area bermain skutis dan segway, salah satu atraksi permainan yang bisa dinikmati dengan biaya tambahan. 

Terlihat banyak pengunjung yang penasaran ingin mencoba permainan ini, namun saya memilih untuk melanjutkan perjalanan menuju atraksi utama, patung Garuda Wisnu Kencana. Kurang lebih setelah berjalan sejauh 800 meter, akhirnya saya tiba di depan patung raksasa ini.

Garuda Wisnu Kencana

Di lantai dasar bangunan beton setinggi kurang lebih 8 meter yang merupakan "fondasi" patung raksasa Garuda Wisnu, saat ini difungsikan sebagai tempat pameran ogoh-ogoh. 

Ada sekitar 30-an hasil karya masyarakat yang bukan hanya dipamerkan, tapi ternyata juga bisa dibeli jika ada yang berminat. Masing-masing karya memuat cerita atau kisah mitologi dibaliknya. Ini merupakan edukasi yang menarik bagi para pengunjung untuk dapat lebih mengenal kebudayaan Hindu Bali pada khususnya, sekaligus mengapresiasi hasil karya para seniman.

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi
Di ujung ruangan ini ada loket penjualan tiket atraksi Statue Tour, dimana dengan hanya biaya tambahan sebesar Rp 50.000, pengunjung bisa mengakses lantai 23 dan melihat pemandangan Bali dari atas. Harga ini sudah termasuk tour guide yang akan menjelaskan kisah dibalik berdirinya patung Garuda Wisnu Kencana. 

Tanpa berpikir panjang, saya membeli tiket tambahan ini. Beruntung saya masih bisa masuk ke antrian tur pukul 13.00 WITA sehingga hanya perlu menunggu sekitar 15 menit karena kalau tidak saya harus menunggu kloter berikutnya di jam 13.30 WITA.

Setelah petugas mempersilakan para peserta Statue Tour masuk ke area tunggu depan lift, petugas lainnya mulai membagikan shoe cover dan memberikan instruksi singkat tentang tata cara mengikuti tur di atas nanti, termasuk alasan mengapa pengunjung diharuskan menggunakan shoe cover. 

Tidak berapa lama, tur dimulai. Dijelaskan bahwa durasi tur memakan waktu sekitar 30 menit dan dibagi kedalam dua kelompok. Saya yang masuk ke kelompok pertama, berkesempatan dibawa naik terlebih dahulu oleh tour guide ke lantai 9. 

Keluar dari lift, pengunjung disambut dengan sejuknya udara dari pendingin ruangan. Dinding-dinding dipenuhi dengan papan informasi yang berisikan segala hal tentang Garuda Wisnu Kencana. 

Tour guide dengan fasih menceritakan "perjalanan" patung GWK dari awal perencanaan hingga akhirnya dapat berdiri dan pengunjung bisa berada didalamnya saat ini. 

Banyak cerita-cerita yang menarik untuk diketahui seperti visi utama GWK sebagai pusat kebudayaan dunia, proses pembangunan yang memakan waktu hingga 25 tahun, latar belakang Nyoman Nuarta sebagai maestro dari karya seni ini, upacara-upacara adat yang dilakukan agar proses pembangunan berjalan lancar dan memang pada akhirnya berhasil selesai tanpa ada kecelakaan kerja satupun.

dokumentasi pribadi
dokumentasi pribadi
Naik ke lantai 23, pengunjung diperlihatkan fakta-fakta mengenai konstruksi patung Garuda Wisnu Kencana dan dapat melihat secara langsung bagian dalamnya dari jarak dekat. Ditampilkan dengan sangat indah bagaimana perwujudan Garuda Wisnu Kencana sebagai sebuah perpaduan dari karya seni, sains, dan teknologi. 

Di lantai ini pengunjung juga dapat menikmati pemandangan pulau Bali di bagian utara dan bagian selatan melalui lubang-lubang jendela dari dalam patung raksasa.

Panoramic view/dokumentasi pribadi
Panoramic view/dokumentasi pribadi

View directory/dokumentasi pribadi
View directory/dokumentasi pribadi
Proses pembuatan detail tubuh GWK/dokumentasi pribadi
Proses pembuatan detail tubuh GWK/dokumentasi pribadi
Tidak hanya itu, pengunjung yang tidak takut dengan ketinggian bisa berpose di atas lantai kaca dan mendapatkan foto sebagai kenang-kenangan dengan tambahan biaya Rp 30.000 (harga promosi). Dibalik lantai kaca ini pengunjung bisa melihat dengan jelas kerangka-kerangka baja yang menopang struktur patung hingga ke lantai dasar.

Spot foto glass floor/dokumentasi pribadi
Spot foto glass floor/dokumentasi pribadi
Setelah puas menikmati pemandangan dari atas, saya memutuskan untuk segera turun karena tiba-tiba cuaca berubah menjadi sangat berawan dan mendung. Dengan langkah yang dipercepat, saya akhirnya bisa sampai ke Kencana Souvenir "tepat waktu" karena tidak lama kemudian hujan mulai turun. Sambil menunggu hujan reda, saya berkeliling di dalam toko. Variasi produk yang ditawarkan menarik dan lagi-lagi untuk kisaran harga tidak terlalu mahal. 

Teknik berjualan karyawan di toko ini patut diacungi jempol, sebagai anak rantau yang sudah menetap di Bali hampir 8 tahun, bisa-bisanya saya tergiur untuk membeli magnet kulkas buy 1 get 1 free yang ditawarkan. Begitu melihat cuaca mulai membaik, saya kembali bergegas menuju Plaza Bhagawan untuk mengejar shuttle bus ke tempat parkir, menyudahi wisata singkat saya hari itu.

Di luar cuaca ekstrem, sebenarnya saya sangat menikmati jalan-jalan saya ini. Dari segi produk, wisata edukasi budaya yang ditawarkan oleh GWK dikemas dengan sangat menarik. 

Dari segi fasilitas, GWK bisa dibilang unggul dalam pengadaan dan pengelolaannya seperti pembuatan jalur pejalan kaki yang rapi dan aman, penyediaan kursi roda yang bisa dipinjam oleh pengunjung usia lanjut maupun penyandang disabilitas, jalur kursi roda pun dibuat dengan baik dan rapi di dalam kawasan, kios-kios penjualan makanan dan minuman dengan mudah ditemui di dalam kawasan dengan harga terjangkau, implementasi teknologi dalam layanan juga cukup optimal dibarengi dengan penempatan petugas yang siap membantu pengunjung dalam pengoperasiannya. 

Dari segi kebersihan, area GWK sangat terkelola dengan baik sehingga pengunjung merasa nyaman. Destinasi wisata biasanya identik dengan toilet yang kotor, namun tidak demikian yang terjadi di dalam GWK. Petugas kebersihan secara berkala memeriksa toilet-toilet untuk memastikan lantai kering dan tidak ada area yang kotor. 

Dari segi protokol kesehatan, hampir di setiap sudut terdapat tempat cuci tangan lengkap dengan sabun dan hand sanitizer. Petugas juga dapat dengan mudah ditemui di berbagai titik dan tidak segan untuk menegur pengunjung yang melepas masker di dalam kawasan. Praktik-praktik semacam ini yang perlu dicontoh dan diadaptasi oleh destinasi wisata lainnya di Bali.

Ada juga hal yang disayangkan adalah pertunjukan-pertunjukan budaya yang biasanya ada setiap hari namun terpaksa dihentikan selama pandemi untuk mengurangi kerumunan. Sebagai destinasi wisata budaya, tentunya hal ini dapat menurunkan daya tarik wisata karena bisa dibilang atraksi utama saat ini hanyalah patung Garuda Wisnu Kencana saja. 

Pengelola kawasan GWK perlu untuk terus melakukan inovasi agar dapat menarik minat wisatawan untuk datang berkunjung dan memiliki alasan untuk datang kembali. 

Akhir kata, menurut saya GWK Cultural Park ini sangat layak untuk dikunjungi, apalagi untuk mereka yang tinggal di daerah "kota" dan enggan pergi terlalu jauh ke bagian utara Bali untuk berwisata, ataupun hanya mengunjungi pantai-pantai di wilayah selatan. 

Semoga pandemi segera berlalu dan pariwisata Bali dapat kembali pulih.

Terimakasih untuk token of love-nya, Garuda Wisnu Kencana!

Dokumentasi pribadi
Dokumentasi pribadi

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun