Mempunyai rumah sendiri setelah berkeluarga adalah salah satu impian dan cita-cita kami, terutama saya yang paling rewel dan "memaksa"suami.
Akhirnya waktu itu pun tiba. Hari Selasa siang tadi tanggal 21 Juni 2016, pas di hari lahirnya Bapak Presiden Jokowi dan sehari sebelum ulang tahun saya yang ke ... kami melakukan akad kredit KPR.
Bukan rumah yang besar, tetapi rumah subsidi. Ceritanya terlalu panjang kalau di ceritakan dari awal tetapi garis besarnya adalah, kami memulai semuanya dari awal lagi di Kalimantan ini. Jadi saya sangat bersyukur karena di beri kesempatan oleh Tuhan untuk bisa membeli rumah walaupun secara kredit setelah semua yang kami lalui. Â
Hari jumat kemarin, tanggal 17 Juni 2016 pagi jam 9 saat suami sedang mandi ada telpon masuk ke hp nya. Setelah selesai dan keluar dari kamar mandi dia berkata kepada saya,
"Omahe di acc" [rumahnya di acc]
"Mosok to...?" jawabku tertegun tak percaya sambil ndomblong kaget di depan komputer. Maklum baru bangun tidur  terus langsung ndongkrok online di depan komputer. Masih agak-agak nge-blank gitu..apalagi belum sempat buat kopi.
"Iya" suamiku bilang, "tadi yang telpon dari developer, bilang kalau permohonan kpr kita di acc bank. Kita harus buka tabungan di BTN sekarang."
Waduh, belum sarapan, apalagi masak tapi ya sudahlah demi rumah apapun akan saya lakukan.Â
***
Flash back...
Semenjak menikah dan tinggal di Semarang, kami terutama saya sudah berkali-kali melihat-lihat dan hunting perumahan di beberapa lokasi yang berbeda. Ada yang cocok harganya tapi kurang cocok lokasinya. Ada yang saya sudah cocok tapi suami belum sreg. Beberapa kali pula uang booking hangus gara-gara kami berdua berubah pikiran.
Yang terakhir kami sudah booking kavling dan setor uang DP sejumlah 14 juta di salah satu developer di Semarang. Harga rumahnya saat itu IDR 245 juta tipe 45/96. Waktu itu suami saya sudah pindah ke Kalimantan sementara saya dan anak kami masih tinggal di Semarang. Karena tidak berpikir panjang saat itu, begitu saya melihat lokasi, lihat contoh rumahnya saya bilang ke suami, njupuk iki wae...ambil rumah di sini saja. Saat itu saya juga masih bekerja, jadi masih ada 2 aliran pemasukan. Di hitung-hitung masih bisa tercover.
Setelah uang DP masuk ke developer malah saya yang gantian kepikiran, masak iya sih saya dan anak tinggal di rumah ini sementara suami tinggal di Kalimantan? Nanti kalau misal ada genteng bocor atau pompa air rusak bagaimana? Masak harus nunggu suami saya terbang pulang dari Kalimantan?
Bukan ini yang saya inginkan. Saya maunya kami tinggal bersama sebagai keluarga di sebuah rumah. Untungnya, permohonan KPR ditolak oleh bank dan DP bisa di ambil kembali utuh walaupun butuh perjuangan yang agak alot.
Setelah itu saya memutuskan untuk resign dari pekerjaan dan  pindah ke Kalimantan bersama anak menyusul suami. Dengan satu tekad, yang penting satu keluarga ngumpul dulu lah, urusan rumah atau tinggal di mana nanti gampang bisa di atur. Setelah 1 tahun di Kalimantan dan sudah mengenal berbagai jalan disini, saya sudah mulai hunting lagi perumahan-perumahan di area Palangkaraya, baik yang baru di bangun/perumahan baru maupun rumah second. Komersil maupun rumah subsidi.
Saat itu saya mendengar informasi bahwa ada program dari Pak Jokowi tentang rumah subsidi, dengan syarat dan ketentuan berlaku tentunya. Seperti bunga kpr yang flat 5% selama jangka waktu angsuran, ada subsidi uang muka dll. Walaupun tentu mutu dan kualitas bangunan ya begitulah, tahu sendiri kan ya.
Sementara dari pihak pemohon, ada syarat bahwa rumah subsidi berlaku untuk pengambilan rumah pertama kali dengan penghasilan pemohon maksimal 4 juta per bulan. Saya bilang ke suami, "Pak, mending memanfaatkan program rumah subsidi saja dulu. Nanti setelah itu baru ngambil lagi yang rumah komersil." Dan syukurlah suami saya setuju.
Akhirnya kami mantap dan bersepakat untuk mengambil rumah subsidi lebih dahulu setelah berhitung dengan semua pengeluaran dan dana yang bisa di kumpulkan untuk biaya-biaya KPR.
Ternyata banyak sekali pengembang atau developer di Palangkaraya yang khusus membangun rumah subsidi. Walaupun tidak semuanya amanah, banyak berita dari teman-teman tentang DP yang sudah mereka lunasi tetapi rumah tak kunjung di bangun. Sebagai konsumen, kita memang harus ekstra hati-hati menentukan pilihan developer mana yang benar-benar amanah dan tidak asal mengumbar janji.
Oiya, harga rumah subsidi di Palangkaraya tahun 2016 berkisar di harga 125 juta sampai dengan 128 juta dengan tipe standart 36 dan luas tanah 120 - 140 m2. Terus terang, saat itu kami sebenarnya juga tidak tahu harus memilih developer yang mana. Tapi untunglah sudah ada pemikiran matang, kata sepakat antara suami dan saya dan sedikit bekal pengalaman sebelumnya.
Jadi kami memilih developer yang sudah pernah membangun perumahan di komplek tersebut. Lokasi yang kami pilih untuk rumah subsidi ini memang lokasi khusus untuk perumahan subsidi dan sedikit perumahan komersil. Ada 7 developer yang membangun rumah subsidi di area ini. Semisal 1 developer membangun 300 rumah berarti akan ada sekitar 2000 rumah subsidi di area ini.
Developer yang kami pilih ini sudah mempunyai track record dan pengalaman "lumayan" juga sudah berbentuk badan hukum (PT). Beberapa developer masih ada yang sistem perorangan. Dan antara kami dan pihak developer juga ada perjanjian lisan di awal bahwa kami tidak akan memberikan DP dulu kecuali permohonan KPR kami di setujui bank. Semisal pun tidak di setujui uang booking hangus tidak apa-apa, itu resiko saya. Saya bilang demikian kepada pihak developer.
Pihak developer juga tidak masalah dan setuju dengan hal itu. Jadi kami yakin bahwa developer ini bukan developer abal-abal. Beberapa kali kami juga mengecek kavling rumah yang kami ambil untuk memastikan apakah memang pembangunan sudah di mulai atau belum. Janji dari pihak developer adalah dalam jangka waktu 2 bulan rumah dalam kondisi siap sekitar 80% dan siap di ajukan ke bank.
Ternyata janjinya tepat. Bulan Mei kemarin kami sudah memasukkan berkas kemudian wawancara dengan pihak bank. Awal Juni ada surveyor yang datang ke toko kami dan akhirnya tanggal 17 Juni kemarin kami menerima kabar dari developer bahwa permohonan kredit kami di setujui oleh bank.Â
Kerja developer nya cepat juga.
Harga rumah subsidi yang kami ambil 125 juta dengan luas tanah 140 m2. Tetapi karena kami memilih luas tanah 200 m2 maka ada kelebihan tanah 60 m2 dan kami harus membayar kelebihan tanah tersebut dengan harga 300.000 per m2. Memang kami mencari tanah yang luas supaya bisa leluasa saat membangun nanti. Bagi kami luas 200 m2 sudah sesuai dengan keinginan dan kebutuhan.
Jadi total uang untuk kelebihan tanahnya 18 juta yang bisa di cicil pembayarannya selama 1 tahun {ini juga hasil nego}. Tapi dengan perjanjian, apabila belum lunas maka kami belum bisa menerima kunci rumah dari pihak developer.
Biaya2 yang harus kami keluarkan sbb :
- Booking kavling : 500.000
- Down payment : 7.000.000
- Biaya pajak  : 4.000.000
- Biaya notaris : 200.000
- Biaya appraisal : 250.000
- Biaya administrasi bank : 250.000
- Provisi bank : 590.000
- Materai 20 lembar @6.000 : 120.000
- Biaya denda {walaupun belum akad tapi dari bank sudah di hitung kena denda} : 200.000
- Angsuran pertama : 950.000
Total : 14 juta-an belum termasuk kelebihan tanah yang 18 juta. Jadi kalau di total-total habisnya sekitar 32 juta-an. KPR kami di setujui dengan jangka waktu angsuran selama 15 tahun dengan cicilan per bulan 950.000, tepatnya 947.400.
Anda mungkin bertanya, mengapa rumah subsidi dan bukan rumah komersil? Salah satu alasan karena prinsip "SMARTER" terutama poin Revise yaitu ada beberapa hal ayng tidak sesuai dengan rencana awal. Jadi memang harus di lakukan revisi. Tapi bagi kami tidak masalah. Oiya, berikut beberapa tips supaya tidak tertipu developer nakal dan juga pengajuan KPR di setujui oleh bank  :
- Jangan tergesa menentukan lokasi atau developer, cari informasi yang sebanyak-banyaknya terlebih dahulu.
- Pastikan track record BI Checking anda "bersih"
- Dalam wawancara dengan bank, usahakan menjawab dengan jujur dan apa adanya terutama masalah keuangan anda.
- Bandingkan antara developer satu dengan yang lainnya berdasarkan track record mereka. Kalau saya lebih memilih developer dengan track record bagus walaupun harga rumah terpaut sedikit lebih mahal dari yang lain. Yang penting aman.
- Untuk rumah subsidi, kita tidak bisa membandingkan kualitas bangunan. Bandingkan saja luas tanah dan berapa harga kelebihan tanah per m2 dari masing-masing developer
- Tanyakan juga di bank apakah benar bank ada kerja sama dengan developer tersebut. Just in case
- Pastikan juga DP bisa di bayarkan ke developer setelah permohonan kredit di bank di setujui, akan lebih aman bagi kita selaku konsumen. Banyak teman yang memberi informasi, uang mereka nyangkut di developer dan susah di tarik lagi. Ada yang 7 juta, 10 juta dll. Kan Rugi kalau sampai uang kita nyangkut sementara developer lari atau malah rumah nya sudah di jual ke orang lain lagi.
- Apabila sudah terjadi hal seperti no 7, yaitu dp anda nyangkut, sebar luaskan beritanya dengan harapan developer malu dan mengembalikan uang anda dan orang lain jangan sampai menjadi korban yang sama. Apabila perlu, laporkan ke pihak yang berwajib
- Seperti yang saya sebutkan di atas, biaya untuk pengambilan rumah subsidi bukan hanya kemampuan kita membayar DP. Ada biaya-biaya lain yang ternyata setelah di total lumayan besar juga. Pastikan anda sudah menyiapkan dana keuangan dengan baik. jangan sampai berhutang untuk membayar hutang.
- Ada beberapa developer yang "hanya" menarik DP sebesar 1 jutaan. Jangan pernah tergiur harga murah di depan tetapi membuat anda menyesal belakangan. Itu hanya salah satu trik marketing, percayalah...
- Cek site plan dari developer dan bandingkan dengan kondisi di lapangan. Cek juga kavling yang anda ambil, apakah letak dan nomornya sesuai dengan site plan mereka
- Cek lagi apakah janji developer untuk mulai membangun memang sudah di laksanakan tepat waktu.
- NPWP, salah satu dokumen penting saat pengajuan aplikasi kredit KPR. Pastikan anda sudah memilikinya.
Hari Selasa tanggal 21 Juni kami sudah melakukan akad kredit dengan sukses. Dan semoga  sesuai dengan rencana dan tujuan keuangan kami ke depannya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H