Mohon tunggu...
Indri Hidayati Putri
Indri Hidayati Putri Mohon Tunggu... Mahasiswa - Penulis

Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia

Selanjutnya

Tutup

Book Pilihan

Review Buku, Selamat Tinggal - Tere Liye

12 Juli 2024   21:57 Diperbarui: 12 Juli 2024   22:21 195
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Review Buku

Judul buku : Selamat Tinggal

Penulis : Tere Liye

Tahun terbit : 2020

Penerbit : Gramedia Pustaka Utama, anggota IKAPI

Julmlah hal : 360 halm

ISBN : 9786020647821

Buku ini menjadi bagian readinglist dari lama, dan baru bisa saya baca sekarang. Saya penasaran, kisah seperti apa yang ada dibalik judul Selamat Tinggal ini. Sempat membaca review bukunya terlebih dahulu. Setelah tahu, ternyata membahasa mengenai Sintong penjaga buku bajakan dan merupakan anak Fakultas Sastra. Saya langsung tertarik membacanya.

Dunia itu, penuh dengan barang-barang palsu. Hampir setiap produk memiliki tiruannya. Orang-orang, terutama orang Indonesia senang mengoleksi barang-barang tiruan dibandingkan dengan yang aslinya. Katanya, "ngapain beli yang mahal kalau ada yang murah?", sekalipun itu bajakan, tak masalah yang terpenting saya memiliki barang terbaru ini. Di mulai dari obat-obatan, pakaian, aksesoris, buku, lagu, lukisan dan lain sebagainya ada bajakannya.

Dalam buku ini kita akan diajak berkenalan dengan sang tokoh utama, Sintong Tinggal. Anak beruntung dari pelosok di kepulauan Sumatera, lulus seleksi  masuk perguruan tinggi di salah satu kampus ternama di kepulauan Jawa, masuk Fakultas Sastra. Di Jawa, dia tinggal bersama adik dari Inangnya, yaitu Paklik Maman sang pemilik kios buku "Berkah". Kios buku "Berkah" ini bukan sembarangan kios, itu adalah kios buku yang menjual berbagai macam buku bajakan. Semua biaya kuliah dan kehidupan sehari-hari Sintong ditanggung oleh Paklik Maman, sebagai gantinya dia harus menjaga kios buku Berkah.

Awalnya pekerjaan itu melukai idealisme yang Sintong pegang, karena kita tahu sendiri bahwa pembajakan buku itu sebuah pencurian. Bertahun-tahun Sintong menjadi penjaga buku bajakan, ikut andil pengambilan hak orang lain. Keadaan yang membuatnya harus mau, apalagi dia tinggal bersama pakliknya.

Sintong anak Fakuktas Sastra yang tidak lulus-lulus, ini adalah tahun keenamnya. Saat teman-temannya sudah lulus dan sukses, Sintong masih stuk dengan skripsinya. Sebetulnya, Sintong bukan mahasiswa yang bodoh justru sebaliknya dia mahasiswa yang cerdas dan berani dalam menulis. Hanya saja patah hati membuat dia kehilangan jiwa penulisnya. Pada tahun keempat, dia ditinggalkan oleh pujaan hatinya, Mawar Terang Bintang.

Pertemuannya dengan dua gadis Fakultas Ekonomi, Jess dan Bunga. Membuka arah tujuan hidupnya. Jess anak kaya raya, ibunya seorang selebgram terkenal dan pemilik J&J Colection, begitu juga dengan Bunga. Mereka  anak-anak elit. Seiring dengan berjalannya alur cerita, kedua gadis ini pun memiliki rahasianya masing-masing yang berhubungan dengan pembajakan.

Seiring mengenal Sintong dengan baik, Jess sangat terpukau dengan kemampuan Sintong. Mereka sering berinteraksi, terutama mengenai kepenulisan. Karena Sintong merupakan demisioner ketua redaksi GM (Gelora Mahasiswa) di kampus. Jess jatuh hati dengan Sintong, hanya saja perasaany tidak terbalas karena separuh hati Sintong masih ia tinggalkan untuk Mawar Terang Bintang. Sementara Bunga memilii kesan yang kurang baik pada Sintong, mengingat Sintong penjaga toko buku bajakan.

"Kalau Pram pantas mendapat penghargaan tinggi, kenapa kamu menjual buku bajakan?" Bunga nyeletuk lagi. Hal 13

"Ckckckck... Buku dari penulis yang nyaris mendapat Nobel hanya dijual tiga puluh ribu bajakannya. Itu benar-benar penghargaan tinggi biat Pram." Hal 14

Sintong memutuskan untuk mengerjakan skripsinya setelah menemukan sebuah harta karun di gudang toko buku Pasar Senen. Buku legendaris dari seorang penulis yang hilang bagaikan ditelan bumi tepat sebeum tragedi 1965.  Dia menjadikan buku itu esbagai bahan penelitian utama untuk skripsinya. Dia akan membuat sebuah karya spektakuler. Misi utamanya menemukan alasan kenapa penulis itu, Sutan Pane, tiba-tiba menghilang.

Bagian mencari jawaban atas kematian Sutan Pane inilah yang menurut saya sangat seru. Saya merasa seperti dibawa kembali mengingat pada perjalanan Zulkarnaen yang mencari silsilah keluarga Sriningsih di buku lain Tere Liye berjudul Tentang Kamu.

Perjalanan bertemu pak Darman yang pulangnya di hadiahi mesin tik milik Sutan Pane. Mesin tik yang hanya ada lima di dunia. Bertemu Bu Hardja, sahabat dekat Sutan Pane semasa hidupnya dan Pak Oey yang pada akhirnya bisa memberi jawaban pertanyaan kenapa Sutan Pane menghilang.

Dalam buku ini diceritakan bahwa Sutan Pane (1930-1965) ini adalah seorang penulis yang sangat pemberani, terutama dalam mengkritik kebijalan-kebijakan pemerintah pada masanya. Tulisan-tulisannya berkarakter, tegas dan bernyawa. Dia sangat berprinsip. Sutan Pane tidak pernah berhenti bersuara melalui tulisan-tulisannya sekalipun  itu mengundang bahaya untuknya.

Ketika Pak Darman bertanya kenapa Sutan Pane bisa menulis tulisan-tulisan yang berani, apakah Sutan Pane tidak punya rasa takut?.

Dia menjawab, "Aku juga sering takut menulis, Darman. Tapi aku lebih takut lagi jika tidak bersuara. Harus ada yang menyampaikan prinsip-prinsip kebaikan. Aku juga berkali-kali gemetar saat mengetikkan tulisan, gentar sekali. Tapi aky lebih takut jika keadilan itu tidak disampaikan. Maka biarlah aku mengetikkannya, menyampaikan suara-suara yang diam" hal 87

Sutan Pane, seorang penulis yang memiliki visi kauh ke depan. Dia menyaksikan, dia menyimpulkan, dan dia memberikan tamsil, peringatan, jika terus begini, siklus kekuasaan akan hanya itu-itu saja. Ada pejabat yang gampang dibeli, ada cukong yang punya uang, ada penjilat, oportunis. Tambahkan kekuasaann militer yang selalu dekat dengan tiga hal ini, bisa membawa implikasi serius, ketika jenderal-jenderanya ikut berbisnis. Hal 89

"...bacalah banyak buku, agar besok lusa bukan hanya agar kau tidak mudah ditipu orang, tapi agar kau bisa mencegah penipu membohongi orang banyak.." hal 134

Selain menceritakan perjalanan Sintong dengan skripsinya. Penulis juga ikut menuangkan keresahannya mengenai maraknya pembajakan buku di Indonesia tanpa ada tindakan tegas dari penegak hukum. Bisa kita lihat bahwa buku bajakan banyak sekali tersebar, baik di toko offline ataupun online.

Mengenai pembajakan buku itu sendiri, sebetulnya telah diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 113 mengenai Sangksi Pelanggaran.

Pembajakan buku ini benar-benar sangat merugikan para penulis. Karena royalti yang seharusnya diterima penulis dari hasil penjualan buku original, harus terputus karena orang-orang lebih memilih membeli buku bajakan dengan alasan lebih murah.

Hah, sepanjang membaca mengenai kasus pembajakan buku ini saya ikut kesal. Karena kebanyakan orang ujung-ujungnya pasti menyalahkan penulis. Salah sendiri menjual buku mahal-mahal, kenapa ngga boleh membajak? Inikan membuka rezeki orang banyak. Jadi penulis itu harus ikhlas.

"Ah, penulis itu harus ikhlas, besok di akhirat dibalas pahalanya. Kalau tidak bisa ikhlas, tidak usah jadi penulis" hal 158.

Ingin rasanya saya berteriak, Hey!! Kamu kira jadi penulis itu gampang. Memangnya kamu yang tinggal ambil karya orang, cetak, lalu jual dengan harga murah sebanyak-banyaknya. Kamu yang pemutus rezeki orang, rezeki penulis. Aghkkk.

Kalau kamu sering mengikuti media sosialnya Tere Liye, pasti akan selalu menemukan postingan yang membahas pembajakan buku. Tere Liye tidak pernah berhenti bersuara menuntut keadilan, agar para pelaku pembajakan buku mendapatkan hukuman.

Bro, menulis itu tidak mudah. Ada yang sering mengatakan bahwa, perlu membaca 100 buku untuk bisa menghasilkan 1 buku. Jadi, tolong, sebagai bentuk menghargai penulis maka hindarilah buku bajakan. Bacalah dari buku aslinya, jangan bajakan.

"Buku asli itu mahal"

Maka, kamu bisa menabung terlebih dahulu sebelum membeli jika memang ingin membeli. Atau alternatif lain kau bisa meminjam buku dari teman, perpustakaan kampus atau daerah, dan tempat semacamnya yang bisa meminjamkan buku. Tolong, stop membaca buku bajakan.

Saya senang dengan ending buku ini. Perjalanan skripsi Sintong, Keputusan Sintong yang memilih berhenti menjadi penjaga  toko buku bajakan, hubungannya dengan Mawar Terang Bintang, dan studi lanjutanya ke Belanda. Sintong menjadi karakter favoritku setelah Sri Ningsing.

"...Tidak ada cara terbaik memahami seorang penulis selain dari keputusan-keputusan yang pernah dia buat." Hal 178

Saya sangat merekomendasikan buku ini untuk teman-teman baca, terutama yang ingin menjadi seorang penulis. Karena, kasus  pembajakan buku dan plagiarisme akan menjadi musuk terbesar seorang penulis nantinya, yang harus dilawan dan perangi. Selain itu, banyak harta karun, pelajaran dan makna hidup yang bisa kamu dapatkan. Lumayan, sebagai teman mengisi waktu luang libur semester.

Terakhir, "Menulislah sesuatu yang harus orang lain baca, bukan yang ingin dibaca banyak orang"

Rating: 5/5

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Book Selengkapnya
Lihat Book Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun