Dia menjawab, "Aku juga sering takut menulis, Darman. Tapi aku lebih takut lagi jika tidak bersuara. Harus ada yang menyampaikan prinsip-prinsip kebaikan. Aku juga berkali-kali gemetar saat mengetikkan tulisan, gentar sekali. Tapi aky lebih takut jika keadilan itu tidak disampaikan. Maka biarlah aku mengetikkannya, menyampaikan suara-suara yang diam" hal 87
Sutan Pane, seorang penulis yang memiliki visi kauh ke depan. Dia menyaksikan, dia menyimpulkan, dan dia memberikan tamsil, peringatan, jika terus begini, siklus kekuasaan akan hanya itu-itu saja. Ada pejabat yang gampang dibeli, ada cukong yang punya uang, ada penjilat, oportunis. Tambahkan kekuasaann militer yang selalu dekat dengan tiga hal ini, bisa membawa implikasi serius, ketika jenderal-jenderanya ikut berbisnis. Hal 89
"...bacalah banyak buku, agar besok lusa bukan hanya agar kau tidak mudah ditipu orang, tapi agar kau bisa mencegah penipu membohongi orang banyak.." hal 134
Selain menceritakan perjalanan Sintong dengan skripsinya. Penulis juga ikut menuangkan keresahannya mengenai maraknya pembajakan buku di Indonesia tanpa ada tindakan tegas dari penegak hukum. Bisa kita lihat bahwa buku bajakan banyak sekali tersebar, baik di toko offline ataupun online.
Mengenai pembajakan buku itu sendiri, sebetulnya telah diatur dalam Undang-undang Nomor 28 Tahun 2014 tentang Hak Cipta, Pasal 113 mengenai Sangksi Pelanggaran.
Pembajakan buku ini benar-benar sangat merugikan para penulis. Karena royalti yang seharusnya diterima penulis dari hasil penjualan buku original, harus terputus karena orang-orang lebih memilih membeli buku bajakan dengan alasan lebih murah.
Hah, sepanjang membaca mengenai kasus pembajakan buku ini saya ikut kesal. Karena kebanyakan orang ujung-ujungnya pasti menyalahkan penulis. Salah sendiri menjual buku mahal-mahal, kenapa ngga boleh membajak? Inikan membuka rezeki orang banyak. Jadi penulis itu harus ikhlas.
"Ah, penulis itu harus ikhlas, besok di akhirat dibalas pahalanya. Kalau tidak bisa ikhlas, tidak usah jadi penulis" hal 158.
Ingin rasanya saya berteriak, Hey!! Kamu kira jadi penulis itu gampang. Memangnya kamu yang tinggal ambil karya orang, cetak, lalu jual dengan harga murah sebanyak-banyaknya. Kamu yang pemutus rezeki orang, rezeki penulis. Aghkkk.
Kalau kamu sering mengikuti media sosialnya Tere Liye, pasti akan selalu menemukan postingan yang membahas pembajakan buku. Tere Liye tidak pernah berhenti bersuara menuntut keadilan, agar para pelaku pembajakan buku mendapatkan hukuman.
Bro, menulis itu tidak mudah. Ada yang sering mengatakan bahwa, perlu membaca 100 buku untuk bisa menghasilkan 1 buku. Jadi, tolong, sebagai bentuk menghargai penulis maka hindarilah buku bajakan. Bacalah dari buku aslinya, jangan bajakan.