Diketahui dari informasi yang beredar, dulu pengobatan Pondok Darussalam tidak pernah sepi. Selalu ada tamu yang dating mulai dari orang belanda, pribumi, dan cina peranakan. Bahkan presiden RI-1 Bapak Ir. Soekarno juga pernah mengunjungi tempat pengobatan R.M.P Sosrokartono. Saat itu, Bung Karno diberi secarik kertas putih seukuran prangko yang bertulis Alif dan kemudian diselipkan ke dalam peci Ir. Soekarno.
Selain itu, Pondok Darussalam juga menjadi sebuah perpustakaan. Buku-buku yang terdapat disana berasal dari dua orang insinyur perusahaan kereta api Staats Spoorwegen, tiga orang partikelir bangsa Belanda, dua orang wanita Belanda, tiga orang Jawa, dan seorang Tionghoa. Adapun semboyan yang diberikan "Tanpo rupo tanpo sworo", yang berarti tidak berwarna, tiada perbedaan, dan tiada perbedaan.
Pondok Darussalam juga menjadi tempat pertemuan tokoh-tokoh pergerakan Bangsa untuk Menyusun, menata, dan menghimpun strategi kekuatan. Hampir setiap malam hari R.M.P Sosrokartono bersama tokoh-tokoh spiritual yang bergabung dalam baris pendam, berkumpul untuk menciptakan starategi menghadapi kaum kolonialis Belanda. Biasanya setiap pukul 24.00 sampai dengan 03.00, di ruang tengah wisma juga digelar acara wungon yang disampaikan dalam bentuk wejangan dan pitutur luhur untuk mewujudkan kesempurnaan hidup, ketenangan jiwa dalam mengolah batin dan rasa manusia dengan beberapa sahabatnya.
Seperampat abad sisa umurnya, beliau ditambatkan sebagai seorang spiritualis. Hal ini karena Pramoedya Anantara Toer dalam Panggil Aku Kartini Saja (Hasta Mitra, Jakarta1997) yang menggambarkan kelebihan R.M.P Sosrokartono sebagai spiritualis. Pada tahun 1930-an Pram mengutip kesaksiaan seorang dokter Belanda di Rs Dr Cipto Mangunkusumo, Jakarta). Saat itu beliau menyaksikan R.M.P Sosrokartono menyembuhkan wanita melahirkan yang dimana menurut para dokter tidak akan tertolong lagi nyawa sang ibu dan anak itu. Namun, berkat R.M.P Sosrokartono wanita tersebut dapat sembuh setelah minum air putih yang beliau berikan.
Hal unik selanjutnya yang ada di diri R.M.P Sosrokartono menurut Suyatini Ganie, cucu dari R.A Sulastri Tjokrohadi Sosro, kakek seayah R.M.P Sosrokartono adalah beliau dinilai sebagai orang yang mudah sekali menebak pikiran orang. Menurut Sutayini, R.M.P cenderung menyendiri, jauh di Bandung, dibanding berkumpul dengan keluarga yang berada di Jawa Tengah.
Setelah tahun 1952 tepatnya saat R.M.P Sosrokartono meninggal dunia, para pengikut beliau membuat sebuah Yayasan Sosrokartanan yang berdiri pada 19 Mei 1963. Dalam pertumbuhan dan perkembangan Yayasan Sosrokartanan dibuatkan arti, maksud dan tujuan untuk mempelajari, memahami, menghayati, mengamalkan, dan memuliakan R.M.P Sosrokartono.
Namun, saat ini Yayasan Sosrokartanan berubah nama menjadi Paguyuban Sosrokartanan yang secara organisatoris mempunyai tanggung jawab, hak, dan kewajiban yang sama seperti kelompok-kelompok lain dalam tata kelembagaannya. Tetapi, paguyuban ini selalu menyelenggarakan pertemuan rutin setiap hari lahir R.M.P Sosrokartono pada rabu pahing, serta mendoakan beberapa karya-karya yang dinamakan Renungan Rebo Pahing.
Â
Apa yang dimaksud dengan gaya kepemimpinan dan mengapa berkaitan dengan R.M. Panji Sosrokartono?
Manusia merupakan makhluk sosial yang tidak dapat hidup secara sendiri. Dalam dunia kehidupan, manusia selalu berinteraksi dengan sesama dan lingkungan. Pada hakikatnya, manusia hidup secara berkelompok baik dalam kelompok besar maupun dalam kelompok kecil. Hidup dalam kelompok memanglah tidak mudah. Hal yang harus diciptakan dalam kehidupan yang harmonis adalah anggota kelompok yang saling menghormati dan menghargai.