Mohon tunggu...
Indriati See
Indriati See Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

WNI bermukim di Jerman

Selanjutnya

Tutup

Puisi

(Fabel) Rimba

7 November 2015   21:45 Diperbarui: 21 Desember 2015   14:58 179
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aku yang tetap berada dipelukkan Ibu, merasakan gerakan tarikan nafas yang dalam dari dada Ibu.

Tanpa menjawab pertanyaanku, Ibu melanjutkan ceritanya.

„Luar biasa!“ seruku dengan penuh perasaan kagum dan juga menambah rasa penasaranku ingin mengenal rimba secepatnya.

*

Suatu hari, tiba-tiba suhu di dalam rimba naik. Padahal saat itu bukan musim kemarau.

„Api! … api! tempat tinggal kami terbakar!“ teriak orang-utan, rusa, harimau, unggas, kupu-kupu dan penghuni rimba lainnya sambil berlari ketakutan ke arah sungai dimana kami; angsa-angsa liar mencari makan dan bermain.

„Beruntung saat itu kamu belum lahir, anakku“ ucap Ibu.

„Apa yang terjadi dengan mereka?“ tanyaku.

„Generasi anak-anak dari para penghuni rimba banyak yang tak terselamatkan“ jelas Ibu dengan nada suara yang terdengar berat.

Ratusan bahkan ribuan spesis hewan dan tumbuh-tumbuhan tewas dan punah dalam kurun waktu yang begitu singkat.

*

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun