Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Monolog Jimmy Kimmel dan Ajang Penghargaan Piala Oscar

5 Maret 2018   16:32 Diperbarui: 5 Maret 2018   18:53 1151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sebagian pendapat Kimmel oleh insan Hollywood dirasa tidak perlu ditanggapi serius. Misalnya saat Jimmy mengatakan bahwa sebenarnya, dari sembilan nominator film terbaik, hanya dua di antaranya yang menghasilkan lebih dari $ 100 juta. Namun dia melanjutkan, "That's not the point. We don't make films like "Call Me by Your Name" for money. We make them to upset Mike Pence. Right?"

Begitulah cara Jimmy Kimmel melemparkan sindiran yang kemudian iikuti dengan semacam 'penafian'.

Tentang Oscar, para pemilik suara di ajang penghargaan film dunia ini teramati sudah berubah. Dulu mereka kerap dikecam karena diklaim memberikan piala emas itu kepada film-film yang 'tidak layak'. Namun, sekarang -tidak bisa pula dianggap lebih baik- pemilik suara cenderung menjatuhkan pilihan mereka kepada film-film paling 'politis'.

Semua itu bermula sekitar tiga tahun lalu, ketika ajang tersebut dikritik karena tidak memasukkan satu pun aktor non-kulit putih sebagai nominator aktor, aktris, aktor pendukung dan aktris pendukung terbaik. Kala itu ramailah tagar #OscarSoWhite di media sosial.

Demikianlah Jimmy Kimmel dengan cerdas dan menggelitik -- mengupas, menyindir, mengangkat, membanting, dan mengkritisi dunia Hollywood. Dari Monolog-nya, tersirat harapan semakin baiknya dunia Hollywood dan ajang kompetisi penghargaan Oscar yang idealnya mempertimbangkan kesetaraan, pemberdayaan, keterlibatan golongan “minoritas” yang sebelumnya didominasi oleh warga kulit putih dan kaum pria.

Salam Kompasiana. :: @IndriaSalim::

Referensi: Dari berbagai sumber

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun