Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Duh, Tulisanku Membosankan!

20 Februari 2016   12:08 Diperbarui: 20 Februari 2016   16:43 221
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ya silakan, coba saja. Tanpa ramuan ajaib pun, kau bisa menjadi penulis hebat. Caranya? Ya terus saja menulis hehehe

Lho "Suhu" kok malah cengengesan, sih? Ini aku sudah hampir nggak tahan, ingin menulis tapi begitu selesai membuat satu judul, rasanya mau muntah baca tulisan sendiri. Bosan, bosan, bosan. Tapi aku ingin tetap bisa menulis. Wah apa aku sudah gila? Tolonglah, apa yang harus kulakukan?

Jika kamu merasa tulisanmu membosankan, tanyakan pada diri sendiri beberapa pertanyaan:

Apakah tulisanmu kebanyakan penjabaran atau detil yang tidak perlu? Mungkin sebenarnya detil itu hanya sekadar membuat tulisanmu panjang lebar, namun sebenarnya justru bagian itu yang membosankan. Pangkas saja bagian itu. Lalu baca kembali, apakah lantas tulisanmu jadi terasa nggak nyambung? Atau jangan-jangan malah terasa lebih mantap?

Kalau kau tahu penulis besar Ernest Hemingway, dia seorang wartawan, tapi juga penulis fiksi. Dia punya gaya khas wartawan dalam tulisan kreatifnya, baik cerpen atau novelnya. Yah, semacam gaya to the point, gitu. Tapi tulisannya masih banyak dibicarakan orang. Dan namanya masih sering disebutkan oleh mereka yang belajar dan mengajar teknik menulis.

Ini kusebutkan satu contoh, hanya untuk menggambarkan bahwa memangkas tulisan itu kadang wajib hukumnya. Dan itu dilakukan saat kamu sudah selesai menulis utuh. Ini yang namanya tahap menyunting (editing). Nah si Ernest ini, konon pernah memangkas habis separuh bagian dari sekian ratus halaman naskah novelnya, sebelum naskah itu menjadi novel yang selalu diingat orang.

Intinya, pertahankan bagian tulisan dan detil yang penting, akan mengubah tulisan justru lebih menarik dan mempercepat alur cerita, dan itu yang namanya tulisan memikat – tidak bertele-tele.

"Edo bangkit berdiri, menyisir rambut, dan kemudian menggosok gigi. Dia membuka almari pakaian, memilih T-shirt biru tua untuk dikenakannya saat sarapan. Edo membuat nasi goreng, ceplok telur dan segelas kopi panas untuk sarapan. Edo menaruh sarapannya di kotak bekal, dan kopi panasnya dia tuang di termos kecil. Lalu dia mengambil tas kerjanya dan membuka pintu depan. Ia pergi ke luar dan mengunci pintunya, sebelum akhirnya menyalakan mobil bututnya. Edo melajukan kendaraannya untuk mengejar waktu sampai ke kantor tanpa terlambat. Satu jam kemudian, Edo sampai di gerbang kantor."

Nah, gimana kalau kamu yang membaca paragraf itu?

Malas banget, iya ya, bertele-tele.

Makanya! Pangkas saja, lalu ini hasilnya: "Edo pergi bekerja." Atau, “Edo berangkat kerja.”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun