[caption id="" align="aligncenter" width="614" caption="Ini kopiku, kamu suka yang mana? |Foto: Indria Salim"][/caption]
Saya gemar minum kopi. Saya menyukai aromanya saat diseduh atau digiling. Harum, membawa mood semangat, dan sekaligus menenangkan. Karena menyukai wangi khas kopi, sebelum menyeruputnya kadang saya biarkan aroma sejuta rasa menguar di udara --- atau untuk beberapa saat, sengaja saya hirup aromanya langsung dari uap di sekitar bibir cangkir. Kalau di ruang AC, wangi kopi sungguh terasa mewah.
[caption id="" align="aligncenter" width="512" caption="Menikmati kopi dengan cangkir Nescafe, penyemangat dan bekal aktifitas pagi |Foto: Indria Salim"][/caption]
Kopi, salah satu minuman terpopuler di dunia. Bisa dikatakan mayoritas warga dunia mengenal, dan menyukai kopi - baik sebagai minuman pembuka pagi, penutup makan siang, bahkan teman bekerja lembur malam hari. Kopi menambah kehangatan obrolan bersama teman, memberi asupan energi mental semangat kerja di ruang rapat, sebut saja semua suasana cocok dengan hidangan secangkir kopi.
Kalau di rumah, tak ada yang lebih tahu kopi apa yang saya perlukan kecuali diri sendiri. Di rumah, tersedia berbagai jenis dan merek kopi. Dari kopi bubuk asli untuk ramuan kopi tubruk, misalnya kopi Bengkulu, kopi Lampung, kopi Bali, kopi Bajawa, sampai kopi instan --- dan seperti Nescafe, Luwak White Coffee, Indocafe, dan lainnya. Saya menikmati pilihan kopi sesuai selera yang berubah-ubah pada momen dan suasana tertentu. Itu di rumah, atau tempat kerja saya.
[caption id="" align="aligncenter" width="538" caption="Menulis di kedai kopi bersama teman-teman |Foto: Indria Salim"][/caption]
Kalau sedang ada pertemuan dengan teman atau rekan kerja, kami mengunjungi kafe yang lokasinya berdekatan dan strategis bagi semua, misalnya di Starbucks, Coffe Bean, Kafe Bengawan, dll. Nah, hal penting yang berperan dalam sajian kopi di kafe, tidak ada lain kecuali bahan dan pembuat kopinya. Pembuat kopi ini biasa disebut barista . Di kafe, kita punya banyak pilihan hidangan kopi, misalnya espresso, cappucino. mochacino. coffee latte, American coffee - dan ada pilihan kopi yang dihidangkan dingin atau panas.
Tradisi Minum Kopi di Indonesia
Minum kopi sudah menjadi tradisi di Indonesia. Tradisi ini dimulai ketika bangsa Indonesia, khususnya Jawa, mulai memiliki tanaman kopi melalui "cultuur stelsel" atau tanam paksa oleh Belanda. Awalnya penjajah Belanda menanam kopi di daerah sekitar Batavia(Jakarta), Sukabumi, Bogor, dan akhirnya menyebar ke daerah lain di seluruh propinsi di Jawa. Sejak kemerdekaan direbut kembali oleh bangsa Indonesia, perkebunan-perkebunan kopi tersebut menjadi milik pemerintah Indonesia. Maka tradisi minum kopi mulai berkembang di Indonesia.
[caption id="" align="aligncenter" width="448" caption="Selepas makan siang, ya ngopi! |Foto: Indria Salim"][/caption]
Dari rakyat biasa sampai pejabat, semua bisa menikmati kebiasaan ngopi. Kalau kita bepergian di mana saja di wilayah Nusantara, tampaknya ada saja warung kopi di sepanjang jalan. Atau kafe dan restoran penyedia minuman kopi. Kafe kita jumpai di gedung khusus, atau di Mall. Warung atau kedai kopi, terdapat di kampung sampai pinggir jalan raya. Kini penjual kopi bersepeda, kita lihat berkeliling di setiap wilayah masing-masing.
Mungkin itu sebabnya istilah 'nongkrong' di warung kopi sudah menjadi bagian yang melekat dalam budaya masyarakat Indonesia. Warung kopi sudah menjadi semacam persinggahan atau tempat di mana orang berkumpul, beristirahat melepas penat, atau ruang kerja sementara bagi sebagian orang. Warung kopi biasanya dikunjungi kaum laki-laki, sedangkan perempuan lebih memilih minum kopi di kafe. Sejujurnya, waktu saya masih kecil, kesan saya perempuan minum kopi itu agak ditabukan. Mungkin karena kopi identik dengan minuman buat begadang. Entahlah, toh zaman dan gaya hidup orang sudah bergeser seiring perjalanan waktu.
Kebanggaan Nasional dan Kopi Lokal
Sebagai warga masyarakat urban, saya mengamati menjamurnya kedai kopi asing, khususnya di pusat-pusat perkantoran atau perbelanjaan besar di kota. Ini tentunya berpengaruh pada persaingan dan eksistensi kopi lokal, dan bagaimana masyarakat urban menyadari bahwa kopi lokal sebenarnya unggul dibanding kopi impor.
Menarik diamati bahwa banyak kafe atau kedai kopi berlabel asing juga menyediakan beberapa jenis  kopi Nusantara --- misalnya, seperti kopi Mandailing (Sumatra), kopi Toraja, kopi Lampung, kopi Gayo Aceh, kopi Bali (Kintamani), kopi Flores, dan sebagainya. Suatu hari, saya ada janji temu dengan klien asing di kafe. Yang dipesannya adalah kopi Aceh! Sebenarnya, penggemar kopi Nusantara cukup banyak. Saya sendiri pertama kali menikmati keistimewaan kopi giling Mandailing yang dihidangkan tanpa gula, itu saat ada kumpul-kumpul sesama penulis di Kafe War, di bilangan Kemang. Sungguh, sejak itu saya menyukai kopi Mandailing, manis tanpa gula, harum khas, dan lembut serta aman buat lambung. Maklum, saya pernah punya gejala sakit maag, plus bawaan pencernaan yang sensitif. Jadi kopi dengan tingkat keasaman sedikit kental akan mudah terdeteksi.
Kopi Jambi! Penulis masih menyimpan beberapa paket. Bubuk kopi Jambi --- kebetulan merek Nevo, nikmat dihidangkan dengan campuran susu atau krimer dan nyaris tanpa gula, meski untuk itu saya harus menyaring bubuknya setelah diseduh dengan air mendidih.
Pertama kali merasakan keistimewaan kopi Toraja, juga meninggalkan kesan tak terlupakan. Saya angkat jempol buat keunikan kopi Toraja, yang terasa agak lebih kuat daripada kopi Mandailing. Entah itu bawaan khas kopi Toraja, atau itu soal ramuannya, saya kurang tahu persisnya. Yang jelas, saya menikmatinya ya di Kafe Toraja, waktu itu berlokasi di Pasar Raya Big & Beautiful - Blok M.
Manfaat Minum Kopi
Ini sepanjang yang saya percaya dan berdasarkan pengalaman sendiri.
Kopi menyembuhkan migren dan sakit kepala ringan. Menurut berbagai sumber, ini karena kandungan kafeinnya, yang membuka kapiler pembuluh darah, sehingga peredaran darah ke seluruh tibuh lebih lancar. Memang, saya cenderung mengalami tekanan darah rendah.
Satu senduk teh kopi bisa mencegah anak mengalami deman step (kejang-kejang). Ini dikisahkan oleh teman sekantor saya yang punya anak balita di rumah. Anaknya terhindar dari kejang-kejang berkelanjutan setelah diberi satu sendok teh kopi setiap pagi saat kondisinya agak rawan demam.
Kopi membantu peningkatan daya konsentrasi. Minum satu sampai dua cangkir kopi sehari, mempercepat masuknya glukosa ke dalam otot dan mengubahnya menjadi sumber energi, glikogen. Tambahan energi inilah yang memungkinkan saya tidak gampang lelah dan terus beraktivitas. Di kantor dulu, teman saya sering heran mengapa saya tetap semangat dan enerjik bekerja, meskipun sebagian sudah mengeluh capai dan menunggu jam pulang.Rahasianya, di meja kerja saya ada setoples bubuk kopi Nescafe Gold lengkap dengan setoples Nescafe Krimer. Kebetulan saya bukan penyuka minuman atau makanan yang terlalu manis, jadi kadang saya nikmati saja secangkir kopi panas tanpa gula.
Apakah saya kecanduan kopi? Jawabanya, ya dan tidak. Ya, dalam arti saya gemar minum kopi, dibanding minuman lainnya seperti teh. Ini sebenarnya karena kopi cocok dan berdamai dengan pencernaan saya yang sensitif, jauh lebih aman dibanding teh --- khusus bagi saya. Kopi TIDAK membuat saya kecanduan juga. Buktinya, saat sedang terkena diare, atau batuk pilek sehingga harus minum obat, dan konsekuensinya saya lebih banyak minum air putih, ketika itulah saya bisa sama sekali melupakan kopi, dan tubuh nyaman-nyaman saja.
Kopi dan Kesehatan Jantung. Pada mulanya, saya jantung sempat berdebar saat pertama kali dibuatkan secangkir kopi Nescafe oleh OB di kantor. Hanya beberapa hari sesudahnya, setelah saya melakukan percobaan porsi kopi dalam ramuannya, saya tidak lagi mengalami percepatan detak jantung yang tidak normal. Lagi-lagi, itu pengalaman pribadi.
Dari beberapa sumber, hasil penelitian menunjukkan bahwa kafein dalam kopi mungkin kurang baik bagi penderita jantung. Namun bagi yang sehat, minum kopi justru bisa mengurangi risiko terkena penyakit jantung. Wanita yang minum 2-3 cangkir kopi per hari memiliki 25 persen lebih rendah daripada yang tidak minum.
[caption id="" align="aligncenter" width="504" caption="Kopi, cocok ditemani hidangan makanan apapun |Foto: Indria Salim"][/caption]
Bagaimanapun, semua akan bermanfaat bila dikonsumsi tidak melebihi batas yang seharusnya. Jadi kita tetap perlu membatasi konsumsi kopi. Hasil penelitian para ahli kesehatan menyarankan bahwa, maksimal konsumsi kopi yang sehat adalah 600 ml/hari. Namun anda harus mengetahui pula bahwa tiap jenis kopi memiliki kadar kafein yang berbeda-beda. Kitaataudalam volume cangkir 180 ml setiap harinya.
Yang paling menggembirakan, banyak hasil riset tentang kopi menyimpulkan bahwa kopi mengandung anti oksidan yang tinggi, dan ini baik bagi mereka yang ingin awet muda. Satu catatan menarik #dibaliksecangkirkopi
Apa saja jenis kopi di dunia? Yang saya tahu konon ada 55 jenis kopi, namun yang saya kenal karena mungkin memang khusus ditanam untuk tujuan komersil --- antara lain adalah kopi Robusta, Arabika, dan Liberica. Ketiga jenis kopi ini punya kekhasan masing-masing. Kalau menurut sejarahnya, hingga pertengahan abad ke-19, kopi Jawa menjadi kopi terbaik di dunia. Selama 1 3/4 abad kopi Arabika merupakan satu-satunya jenis kopi komersial yang ditanam di Indonesia, meskipun kemudian perkembangan budidaya saat itu di Indonesia mengalami kemunduran.
Dari berita terkini, dilansir bahwa Atase Perdagangan RI di luar negeri sedang menggalakkan promosi ekspor Kopi Indonesia. Kali ini Atase Perdagangan RI di Washington DC, Amerika Serikat (AS), Ni Made Ayu Marthini mewujudkan dengan mendukung keikutsertaan Indonesia dalam pameran Speciality Coffee Association of America (SCAA) yang kabarnya berlangsung pada 9-12 April 2015, di Seattle, Washington State, AS.
Menurut data, impor kopi AS dari dunia untuk periode Januari-Desember 2014 sebesar USD5,88 miliar atau meningkat 10,46 persen dibandingkan periode yang sama tahun 2013. Saat ini Indonesia berada di peringkat ke-6 sebagai negara pengimpor kopi ke AS dengan pangsa pasar sebesar 5,49 persen.
Posisi Indonesia berada di bawah Brasil (22,80 persen), Kolombia (19,79 persen), Vietnam (8,48 persen), Kanada (6,56 persen), dan Guatemala (6,13 persen). Indonesia naik satu peringkat tahun ini dibandingkan tahun lalu (2014/2013). Indonesia keren dan membanggakan, bukan?
Salam Kompasiana |Twitter: @IndriaSalim
Referensi:
http://www.femina.co.id</a>
http://www.majalah-lifestyle.com
http://pusatkopigayoaceh.blogspot.com
http://www.specialtycoffee.co.id
http://www.antaranews.com Kopi: Inspirasi Tiada Henti, Khasiat Sudah Teruji
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H