Mohon tunggu...
Indria Salim
Indria Salim Mohon Tunggu... Freelancer - Freelance Writer

Freelance Writer, Praktisi PR di berbagai organisasi internasional (1990-2011) Twitter: @IndriaSalim IG: @myworkingphotos fb @indriasalim

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Artikel Utama

Inspirasi Tiada Henti, Khasiat Teruji [dibaliksecangkirkopi]

20 Mei 2015   23:19 Diperbarui: 8 Juli 2015   22:54 191
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Mungkin itu sebabnya istilah 'nongkrong' di warung kopi sudah menjadi bagian yang melekat dalam budaya masyarakat Indonesia. Warung kopi sudah menjadi semacam persinggahan atau tempat di mana orang berkumpul, beristirahat melepas penat, atau ruang kerja sementara bagi sebagian orang. Warung kopi biasanya dikunjungi kaum laki-laki, sedangkan perempuan lebih memilih minum kopi di kafe. Sejujurnya, waktu saya masih kecil, kesan saya perempuan minum kopi itu agak ditabukan. Mungkin karena kopi identik dengan minuman buat begadang. Entahlah, toh zaman dan gaya hidup orang sudah bergeser seiring perjalanan waktu.

Kebanggaan Nasional dan Kopi Lokal

Sebagai warga masyarakat urban, saya mengamati menjamurnya kedai kopi asing, khususnya di pusat-pusat perkantoran atau perbelanjaan besar di kota. Ini tentunya berpengaruh pada persaingan dan eksistensi kopi lokal, dan bagaimana masyarakat urban menyadari bahwa kopi lokal sebenarnya unggul dibanding kopi impor.
Menarik diamati bahwa banyak kafe atau kedai kopi berlabel asing juga menyediakan beberapa jenis  kopi Nusantara --- misalnya, seperti kopi Mandailing (Sumatra), kopi Toraja, kopi Lampung, kopi Gayo Aceh, kopi Bali (Kintamani), kopi Flores, dan sebagainya. Suatu hari, saya ada janji temu dengan klien asing di kafe. Yang dipesannya adalah kopi Aceh! Sebenarnya, penggemar kopi Nusantara cukup banyak. Saya sendiri pertama kali menikmati keistimewaan kopi giling Mandailing yang dihidangkan tanpa gula, itu saat ada kumpul-kumpul sesama penulis di Kafe War, di bilangan Kemang. Sungguh, sejak itu saya menyukai kopi Mandailing, manis tanpa gula, harum khas, dan lembut serta aman buat lambung. Maklum, saya pernah punya gejala sakit maag, plus bawaan pencernaan yang sensitif. Jadi kopi dengan tingkat keasaman sedikit kental akan mudah terdeteksi.

Kopi Jambi! Penulis masih menyimpan beberapa paket. Bubuk kopi Jambi --- kebetulan merek Nevo, nikmat dihidangkan dengan campuran susu atau krimer dan nyaris tanpa gula, meski untuk itu saya harus menyaring bubuknya setelah diseduh dengan air mendidih.

Pertama kali merasakan keistimewaan kopi Toraja, juga meninggalkan kesan tak terlupakan. Saya angkat jempol buat keunikan kopi Toraja, yang terasa agak lebih kuat daripada kopi Mandailing. Entah itu bawaan khas kopi Toraja, atau itu soal ramuannya, saya kurang tahu persisnya. Yang jelas, saya menikmatinya ya di Kafe Toraja, waktu itu berlokasi di Pasar Raya Big & Beautiful - Blok M.

Manfaat Minum Kopi

Ini sepanjang yang saya percaya dan berdasarkan pengalaman sendiri.

Kopi menyembuhkan migren dan sakit kepala ringan. Menurut berbagai sumber, ini karena kandungan kafeinnya, yang membuka kapiler pembuluh darah, sehingga peredaran darah ke seluruh tibuh lebih lancar. Memang, saya cenderung mengalami tekanan darah rendah.

Satu senduk teh kopi bisa mencegah anak mengalami deman step (kejang-kejang). Ini dikisahkan oleh teman sekantor saya yang punya anak balita di rumah. Anaknya terhindar dari kejang-kejang berkelanjutan setelah diberi satu sendok teh kopi setiap pagi saat kondisinya agak rawan demam.

Kopi membantu peningkatan daya konsentrasi. Minum satu sampai dua cangkir kopi sehari, mempercepat masuknya glukosa ke dalam otot dan mengubahnya menjadi sumber energi, glikogen. Tambahan energi inilah yang memungkinkan saya tidak gampang lelah dan terus beraktivitas. Di kantor dulu, teman saya sering heran mengapa saya tetap semangat dan enerjik bekerja, meskipun sebagian sudah mengeluh capai dan menunggu jam pulang.Rahasianya, di meja kerja saya ada setoples bubuk kopi Nescafe Gold lengkap dengan setoples Nescafe Krimer. Kebetulan saya bukan penyuka minuman atau makanan yang terlalu manis, jadi kadang saya nikmati saja secangkir kopi panas tanpa gula.

Apakah saya kecanduan kopi? Jawabanya, ya dan tidak. Ya, dalam arti saya gemar minum kopi, dibanding minuman lainnya seperti teh. Ini sebenarnya karena kopi cocok dan berdamai dengan pencernaan saya yang sensitif, jauh lebih aman dibanding teh --- khusus bagi saya. Kopi TIDAK membuat saya kecanduan juga. Buktinya, saat sedang terkena diare, atau batuk pilek sehingga harus minum obat, dan konsekuensinya saya lebih banyak minum air putih, ketika itulah saya bisa sama sekali melupakan kopi, dan tubuh nyaman-nyaman saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun