Mohon tunggu...
Indra Wardhana
Indra Wardhana Mohon Tunggu... Konsultan - Advance Oil and Gas Consulting

Expert in Risk Management for Oil and Gas, Security and Safety

Selanjutnya

Tutup

Politik

Menguak Pernyataan Bahlil yang Kontradiktif

19 Oktober 2024   00:48 Diperbarui: 19 Oktober 2024   02:09 161
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam manajemen strategis, perencanaan jangka panjang dan visi yang jelas adalah kunci kesuksesan. Harvard dikenal melahirkan pemimpin yang fokus pada pengambilan keputusan strategis berbasis data, sementara Bahlil lebih menekankan manajemen operasional, yang menangani masalah sehari-hari.

  • Kritik: Menyelesaikan investasi mangkrak adalah contoh manajemen operasional, tetapi kesuksesan jangka panjang membutuhkan manajemen strategis yang dibentuk melalui pendidikan formal. Michael Porter, ahli manajemen strategis dari Harvard, menekankan bahwa keunggulan kompetitif jangka panjang hanya bisa dicapai dengan visi yang jelas dan strategi yang tepat.

8. Teori Psikologi: Bias Kognitif

Pernyataan Bahlil menunjukkan illusion of superiority, di mana seseorang melebih-lebihkan kemampuannya sendiri. Dalam hal ini, Bahlil merendahkan pendidikan tinggi hanya karena kesuksesannya dalam menangani satu masalah spesifik.

  • Kritik: Sukses di satu area tidak berarti seseorang memiliki solusi untuk semua masalah. Pendidikan tinggi memberikan pemahaman yang lebih luas tentang kompleksitas global—sesuatu yang tidak bisa dicapai hanya dengan pengalaman lapangan.

Pernyataan Bahlil Lahadalia yang meremehkan pendidikan tinggi dan menyanjung pengalaman lapangan secara berlebihan mengandung banyak kelemahan logis dan konseptual. 

Teori-teori pendidikan, filsafat pengetahuan, manajemen, psikologi, dan ekonomi semuanya menunjukkan bahwa keberhasilan sejati memerlukan kombinasi antara pendidikan formal yang kuat dan pengalaman praktis. 

Mengabaikan nilai pendidikan dari universitas terkemuka seperti Harvard, dan hanya fokus pada pengalaman lapangan, adalah pandangan yang sempit dan berpotensi merugikan pengembangan kebijakan ekonomi dan investasi berkelanjutan di Indonesia.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun