Mohon tunggu...
Iwan Indrawan
Iwan Indrawan Mohon Tunggu... Insinyur - Sebuah ikatan bathin untuk negeri

semua memiliki hak berpendapat

Selanjutnya

Tutup

Politik

Negeri Pemaaf yang Dimanfaatkan

10 Juni 2023   15:38 Diperbarui: 10 Juni 2023   15:44 54
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bismillah,

Sebetulnya selalu menjadi tanda tanya pribadi mengenai pola masyarakat Indonesia.
Suatu masyarakat tentu berkembang sesuai jaman yang dilalui.
Mungkin ini pula uang menjadi tolak ukur para pemimpin negeri ini pada saat siapapun itu, sebab dengan system demokrasi yang masih model begini tentu quantity dari rakyat lah yang menjadi targetnya.

Jika pemimpin terpilih adalah yang benar-benar dengan niat untuk murni kemajuan bangsa hal itu sangat lah baik, namun sayang nya itu sekarang semakin jauh dari harapan. Yang ada justru negasi nya, yang semakin vulgar mempertontonkan pencapaian untuk kepentingan pribadi dan golongannya saja.

Model tampilan, kemasan dan jaringan pun berkembang sesuai perkembangan pada target sasaran. Seperti tulian lama tentang negeri media, sampai saat ini media memang masih menjadi main stream jalan untuk men drive target tersebut.
Apalagi sekarang sudah menjadi kebutuhan pokok akan gadget yg puluhan tahun lalu tidak seperti ini, sehingga sekarang berbeda jalur influence nya, dibuat viral, dibuat baik, dibuat biar gak protes dibuat malas komen, dibuat ini dan itu yang target utamanya golongan dan pribadi mereka aman.

Model ini terus bergulir dan selalu berulang
Dan Ironisnya rakyat yang menjadi sasaran selalu terperdaya dengan ini.

Mungkin core masalahnya kembali kepada siapa yg memimpin dan bagaimana niat nya.
System demokrasi kita terlalu memberi ruang untuk petahana mengatur agar posisi nya aman, terlihat tetap demokratis padahal system nya merupakan system yang mereka rancang.
Sudah sering muncul cara untuk mengawasi petahana agar berlaku baik dan sesuai janji-janjinya, namun selalu akhir nya hilang atau dihilangkan.
Negeri media ini di-drive dengan viralisasi di media, agar tidak melulu menyoroti sesuatu yg terkait petahana mereka membuat berita tandingan yang lebih seru, sehingga publik lebih membicaraan itu. Pembicaraan yang melupakan mereka akan esensi kunci yang dipegang petahana. Para pengusung berita itu pun terang-trangan mereka dibayar, mereka dapat besar dengan effort yang mereka pikir ringan.

Dan selalu ada pemaafan dari negeri ini, ya sudah lah.... yang penting masih hidup, masih cukup, masih waras, dll.
Sementara model terus bergulir dan menjadi seperti pola yang berulang.

- Setiap terdakwa terutama korupsi terlihat sangan agamis di pengadilan

- Kunjungan calon anggota dewan, atau mentri atau presiden seperti sangat merakyat, sangat memikirkan rakyat, terlihat bekerja keras untuk rakyat. Padahal itu semua hanya tampilan (casing saja)

- Target kesejahteraan bukan lagi untuk rakyat, tapi rakyat (cukong) yang mana, yg dulu keluar besar untuk kampanye dan biaya atur system agar menang.

- Tindakan untuk koruptor sangan istimewa, sementara sama-sama maling yg lain dibuat sengsara, tidak ada untuk management terbuka kepada rakyat untuk ini, sementara koruptor triliunan pun masih bebas berkeliaran, tanpa terlihat update kepada rakyat usaha menangkapnya, itu uang rakyat, mereka dapat jatah jd aman-aman saja.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun