Mohon tunggu...
indra Tranggono
indra Tranggono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Komikus Hasmi, Lebih dari Legenda "Gundala"

24 November 2024   13:29 Diperbarui: 24 November 2024   21:40 52
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Kediaman Hasmi, pencipta komik Gundala, di Kelurahan Karangwaru, Tegalrejo, Yogyakarta, Selasa (9/9/2014). (Foto: KOMPAS/FERGANATA INDRA RIATMOKO) 

Kalikan saja jumlah itu dengan ratusan komik yang dia ciptakan. Namun, ternyata dia tidak memilih menjadi kaya, dengan kekayaannya itu., uangnya justru dipakai untuk berbagai hal yang menyangkut kepentingan orang banyak. Begitulah sikap Hasmi yang berjiwa solider.  

Hasmi identik dengan Gundala. Begitu pula sebaliknya. Keduanya sama-sama populer. Sama-sama jadi legenda. Betapa awetnya sang Gundala, tokoh fiktif itu, hidup dalam dunia imajinasi publik penggemarnya yang memang menyukai superhero.

Hero Selalu Dirindukan

Hero selalu dibutuhkan dan dirindukan dalam setiap zaman. Tak hanya pada saat masyarakat merasa tertindas, tapi juga saat masyarakat bebas. Sebab, pada dasarnya setiap manusia menyukai kebaikan dan kebenaran. 

Untuk itu, sang pahlawan harus tampil dan menang melawan kekuatan jahat. Ketika sang hero berhasil menumpas kejahatan, hati manusia tak berhenti bersorak. Manusia merasa terbebas, meskipun sang hero itu tak lebih dari tokoh fiktif dalam komik. Termasuk Gundala-nya Hasmi.

Perasaan mengharu-biru pahlawan sangat menonjol seiring munculnya banyak superhero dalam komik Indonesia pada tahun 970-an. Tak hanya Gundala tapi juga Badra Mandrawata /Si Buta dari Goa Hantu (Ganes TH), Panji Tengkorak (Hans Jaladara), Parmin/ Joko Sembung (Djair Warni) dan superhero lainnya ciptaan Jan Mintaraga, Wid NS, Teguh Santosa. Watak "melodramatik" masyarakat Indonesia saat itu dapat dimaklumi karena baru saja lepas dari kehidupan Orde Lama yang cenderung kurang memberikan kebebasan bagi sebagian besar masyara. 

Saat Orde Baru bangkit tahun 1966, sisa-sia perasaan "terkekang" itu masih mengendap. Maka, ketika dunia komik memroduksi tokoh-tokoh superhero, masyarakat langsung menyambut dengan antusias. Tokoh-tokoh superhero jadi wahana pembebasan.

Kehidupan superhero komik tetap berlanjut, saat Orde Baru berkuasa. Masyarakat masih membutuhkan "bulan madu" dengan para superhero, bahkan berlanjut hingga generasi penggemar itu menua atau banyak yang sudah meninggal. Namun kehidupan tokoh-tokoh superhero tak lantas berheni sampai di situ. 

Generasi yang lahir kemudian pun menerima "warisan" para superhero itu, karena adanya reproduksi nilai yang tidak pernah berhenti.  Begitu pula dalam kasus Gundala ciptaan Hasmi. Bahkan ketika Hasmi sudah off dari dunia komik, karena bebagai alasan, Gundala tetap hadir sebagai ikon kultural masyarakat.

Ki Ageng Selo

Hasmi yang akrab disapa Mas Nemo,  menciptakan tokoh Gundala pada 1969.  Meskipun dalam tampilan fisik diinspirasi dari sosok Flash ciptaan Gardner Fox dari DC Comics, Gundala hadir dengan karakter khas yang lekat dengan budaya Jawa-Yogyakarta. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun