Mohon tunggu...
indra Tranggono
indra Tranggono Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

hobi menulis dan membaca

Selanjutnya

Tutup

Seni Pilihan

Transendensi dalam Puisi-Puisi Isti

22 September 2024   09:49 Diperbarui: 22 September 2024   09:55 163
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Yang juga layak dicatat: Isti juga berupaya membangkitkan kembali "sastra terlibat" (sastra yang concern dengan persolalan sosial) setelah pasca Rendra, Emha Ainun Nadjib, Yudhistira ANM Massardi, Wiji Thukul dan lainnya.

Memilih bentuk puisi esai, Isti mengekspresikan kegelisahan kreatif yang bertalian dengan problem sosial. Puisi esai, yang digagas, dipelopori dan dikembangkan oleh Denny JA, merupakan entitas estetis yang akomodatif terhadap kemajemukan ide sosial, politik, sejarah, budaya, agama dan lainya. Juga akomodatif terhadap gaya atau bentuk penulisan dan bahasa.

Struktur puisi esai relatif longgar jika dibandingkan dengan puisi konvensional. Bahkan, secara ekstrem, jumlah halaman puisi esai bisa mencapai sekitar 50 halaman. Ini memungkinkan penulis puisi esai lebih optimal di dalam mengekspresikan ide-ide dan kekuatan puitiknya ke dalam lirik yang panjang. Tentu, demi mencapai kualitas karya.

***

Beberapa hal menjadi penanda atas kehadiran puisi esai. Pertama, tema dan topik penulisan lebih beragam. Misalnya soal diskriminasi sosial, sentimen rasial, sejarah dan dinamika sosial, politik, dan kebudayaan sampai isu-isu kemanusiaan.

Kedua, gaya di dalam puisi esai juga membuka ruang bagi eksperimentasi, misalnya menggunakan gaya prosa lirik, cerita pendek, balada dan seterusnya.

Ketiga, di dalam konteks bahasa sebagai media untuk mengungkapkan gagasan, puisi esai juga lebih longgar dibanding puisi konvensional. Penulis bisa menggunakan bahasa sehari-hari sampai bahasa penuh simbol di dalam penulisan.

Hal yang dihindari adalah bahasa yang gelap (abstrak) karena puisi esai lebih mengutamakan komunikasi gagasan daripada bentuk-bentuk estetik yang tertutup. Hal lain yang wajib dihindari adalah bahasa yang klise dan lapuk. Karena puisi esai selalu menantang kebaruan pola ungkap.

Puisi esai tidak berideologi "seni untuk seni", melainkan berpegang pada prinsip "seni untuk publik".

Namun dengan berbagai kelonggaran itu, penulis puisi esai tetap dituntut memiliki kemampuan dalam membangun struktur yang jelas dan kuat. Juga Gaya penulisan yang menarik dan pilihan tema persoalan yang menantang dan relevan serta inspiratif. Serta bahasa yang plastis.

Hal yang tidak kalah pentingnya adalah pengolahan bahasa. Bahasa yang digunakan harus efektif dan sugestif serta puitik; mampu membangun dunia imajinasi. Mampu menyentuh rasa dan menggugah kesadaran pembaca. Artinya, dengan pengolahan bahasa yang jitu, puisi esai mampu menciptakan dunia alternatif di dalam benak pembaca. Karena, puisi esai merupakan tafsir kreatif atas realitas, bukan sekadar potret kenyataan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Seni Selengkapnya
Lihat Seni Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun