Aku tak tau betapa terkenalnya aku pada saat itu. Semua umat telah tau kalau aku bercita-cita menjadi seorang imam. Hal ini sungguh memberi sebuah beban tersendiri bagiku, tapi juga menjadikanku semakin semangat dalam menggapai cita citaku itu.
"semoga dapat menjadi romo yang baik dan benar ya.." jawabnya kembali menghidupkan suasana.
"amin, terima kasih banyak ya ran.." jawabku sambil tersenyum heran
" oke.. aku pulang dulu ya.." dia berpamitan
" iya,... hati-hati ya ran.." sahutku setuju
Sejak saat itu, aku selalu memikirkan  Rani. Senyumnya,matanya,dan keramahannya sungguh mengesan bagiku dan terus membayangiku.
      Percakapanku dengan Rani berlanjut di media sosial. Semakin hari kami semakin akrab dan memutuskan untuk lebih dari seorang teman biasa. Tetapi bukan pacar, kami lebih memilih untuk bersahabat dan berusaha bersama untuk dapat menjadi sahabat terbaik bagi sang sahabat. Sejak itulah, mulai banyak yang mengira kami berpacaran. Sebab, kami memang sangat akrab berdua.
 kami benar-benar tak menghiraukan mereka yang beranggapan buruk pada kami. Aku sungguh merasa bahagia memiliki Rani sebagai sahabatku. Kami selalu terbuka satu sama lain dan tidak menyembunyikan sesuatu hal. Inilah yang membuatku sangat mengasihi Rani, aku menganggapnya seperti saudaraku sendiri yang layak untuk aku kasihi dan kusayangi.
      Hubungan persahabatan kami berjalan dengan baik meskipun beberapa kali kerikil-kerikil yang tajam mencoba mengusik perjalanan persahabatan kami. salah satu kerikil itu adalah peristiwa yang terjadi ketika aku dan Rani berada di kelas 9E pada saat itu,kami satu kelas. Ketika itu, aku sungguh tak menyadari bahwa ada teman sekelasku yang sungguh mengagumi Rani dan memendam rasa cinta pada Rani. Namanya Adi, lengkapnya Muhammad ibnu adijaya.
 Adi memang kerap menghantar Rani pulang ke rumah Rani dan sungguh memberi perhatian khusus pada Rani. Adi nampak begitu mengagumi Rani dengan caranya yang sungguh unik. Namun,aku sama sekali belum menyadarinya. Hingga suatu ketika Adi datang menghampiriku dan menegurku dengan kasar sambil menarikku ke samping kelas bersama seorang temannya.
" apa maksudmu dekat-dekat rani..?" tanyanya tegang