Mohon tunggu...
Indra Rahayu
Indra Rahayu Mohon Tunggu... Freelancer - Pembelajar

Menulis hanya pengisi waktu luang. Kebetulan, waktu luang cukup banyak.

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Menyemai Tren Berpikir Kritis Peserta Didik

13 Agustus 2024   15:22 Diperbarui: 13 Agustus 2024   15:37 57
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

 

Bertanya bukan berarti tidak memahami

 

Banyak faktor yang memicu hambatan pada keinginan peserta didik untuk bertanya. Beberapa faktor akan diulas oleh penulis pada bagian ini. Ada cerita, di sebuah ruang kelas, pembelajaran hampir usai. Kemudian, seorang guru melontarkan kalimat "Sebelum diakhiri, apakah ada yang mau bertanya terkait apa yang sudah kita bahas?". Salah satu siswa mengacungkan tangan. Sontak kawan sekelasnya menatap tajam siswa itu. Waktu mereka pulang terganjal oleh siswa yang ingin mengajukan pertanyaan. Kita pasti pernah merasakan suasana seperti pada cerita tersebut. Entah sebagai siswa yang bertanya atau yang kawan-kawannya. Tampak sederhana, tetapi itu menjadi salah satu penjegal minat atau kemauan seseorang untuk bertanya.

Selain ilustrasi di atas, faktor yang menghambat pertanyaan siswa di kelas adalah seseorang yang bertanya hanya dianggap tidak paham terhadap apa yang dipelajari. Ketakutan dianggap bodoh oleh rekan-rekannya membuat seorang siswa memilih untuk diam. Patut disadari bahwa korelasi antara bertanya dan ketidakpahaman tentu tidak sepenuhnya benar. Melainkan, lebih dari itu sebuah pertanyaan berguna untuk memverifikasi atau menilai sebuah pernyataan, mengetahui apakah sebuah gagasan itu benar atau keliru.  Bertanya merupakan salah satu implementasi berpikir kritis. Kemauan untuk bertanya termasuk dalam komponen berpikir kritis yang dirumuskan oleh Weissinger (2024) bahwa sebuah pertanyaan yang disusun dengan baik menandakan proses berpikir yang baik. Selain kemauan bertanya adalah kecakapan dasar. Kegunaan kecakapan dasar mengarah pada kemampuan verifikasi argumen dan menguji kredibilitas sumber yang didapat oleh pembaca.

Peserta didik bukan hanya sebagai penerima informasi. Melainkan, dijadikan sebagai subjek yang mencari informasi secara mandiri. Hal itu dapat terjadi jika peserta didik dibekali keterampilan dalam komunikasi. Tidak hanya secara lisan, pun dalam komunikasi teks atau tulisan. Dalam proses komunikasi selain menyampaikan apa yang ada dalam pikiran, peserta didik pun akan mencari tahu informasi apa yang akan disampaikan. Kemudian, dalam penelusuran informasi, akan muncul rasa ingin tahu dan memungkinkan siswa untuk mengungkapkan sebuah pertanyaan. Kemampuan berpikir kritis peserta didik dapat dilatih dengan cara menulis. Dalam proses tersebut peserta didik akan didorong untuk menggambarkan cara berpikirnya. Misalnya, peserta didik diinstruksikan untuk mengambil inti sari dari sebuah bacaan atau menyimpulkan informasi yang telah didapat.

Tujuan dari memiliki keterampilan bertanya mencakup beberapa aspek. Selain memiliki tujuan untuk mendapatkan informasi, bertanya mengarah pada aspek penilaian informasi. Memastikan bahwa informasi yang didapatkan tepat dan bukan mengada-ada pun melatih rasa percaya diri siswa dalam sesi diskusi. Sehingga tidak enggan dalam menyampaikan pendapat atau gagasan (Yuliani dalam Partin, 2009). Dari pendapat tersebut membuktikan efektivitas dari kemampuan bertanya. Kita dapat memastikan kualitas informasi yang disampaikan oleh seseorang. Menghindari untuk menelan mentah-mentah jawaban yang kita dapat dan dapat mengetahui lebih dalam sebuah gagasan.

 

Kritis dalam memilih sumber inspirasi

Setiap orang pasti memiliki sosok yang idola dan orang yang disukai, sosok itu terkadang banyak memberi pengaruh pada seseorang. Istilah influencer yang sering kita dengan saat ini mengarah pada seseorang yang memberikan dampak bagi banyak orang. Referensi tokoh atau idola saat ini semakin beragam, tidak seperti zaman dulu. Di era media sosial setiap orang bisa menjadi pemengaruh. Pengaruh yang ditimbulkan pun ikut beragam.

Anak muda saat ini menjadi sasaran empuk para influencer.  Memilih sosok yang tidak tepat akan membawa anak mudah pada arah yang tidak diinginkan. Maka, untuk mencegah hal terebut dibutuhkan keterampilan berpikir kritis.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun