Mohon tunggu...
H.I.M
H.I.M Mohon Tunggu... Administrasi - Loveable

Hanya orang biasa yang memiliki 1 hati untuk merasakan ketulusan, 1 otak untuk berpikir bijak dan 1 niat ingin bermanfaat bagi orang lain | Headliners 2021 | Best in Specific Interest 2021 Nominee

Selanjutnya

Tutup

Halo Lokal Artikel Utama

Double Standar Pelayanan, Sebuah Pekerjaan Rumah Pelaku Usaha di Bali

23 Oktober 2023   14:04 Diperbarui: 24 Oktober 2023   10:04 357
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi wisatawan mancanegara di Bali.(Dok. Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif via Kompas.com)

Fenomena ini yang bisa jadi alasan kuat mengapa beberapa kalangan lebih suka melayani wisatawan asing dibandingkan winus. Ini karena lebih menguntungkan jika ditawarkan dianggap masih murah karena di negaranya untuk produk atau layanan serupa harganya lebih mahal. 

# WNA Lebih Fleksibel dan Profesional

Bukannya saya ingin memuji berlebihan WNA tapi kerap kali WNA masih fleksibel dan profesional. Contoh sederhana ketika mereka makan di restoran tiba-tiba di dalam makanan ada benda asing misalkan rambut atau hewan. 

WNA biasanya akan memilih memanggil pelayan atau manager resto, menyampaikan masalah dan mencari solusi salah satunya meminta makanan diganti. Urusan selesai karena kedua pihak setuju terhadap solusi yang ditawarkan. 

Berbeda dengan winus, menemukan kejadian serupa. Kita lebih suka langsung mengambil dokumentasi dan meng-upload ke sosial media. Bahkan dibumbui dengan caption yang menggiring opini. Mencari ketenaran dan jumlah dukungan dalam dunia maya lebih diutamakan dibandingkan menyampaikan langsung masalah ke pihak resto. 

Alhasil kejadian yang sebenarnya bisa diselesaikan secara cepat dan profesional justru berujung viral. Dampaknya citra restoran rusak bahkan bisa ada tuntutan balik atas pencemaran nama baik dan sebagainya. 

Di masyarakat kita, kondisi ini langsung emosi dan membuat konten kritikan sosial untuk menarik perhatian publik dan agar jadi viral. Kita mengesampingkan sisi kemanusiaan dan profesionalitas. Bayangkan karena viral, restoran akhirnya sepi dan tutup. Ada banyak pekerja kehilangan pekerjaan karena tindakan kita. 

Aksi WNA terasa lebih bijak karena masalah diselesaikan secara internal. Pandangan bahwa kesalahan masih bisa diperbaiki serta ada solusi yang diberikan maka permasalahan tidak perlu berlanjut yang bisa merugikan salah satu pihak. 

Ternyata budaya baru di masyarakat yang mencari popularitas di Sosial Media justru membuat orang sekitar lebih menghindari melayani warga lokal. Meskipun sebenarnya penerapan pelayanan berbeda juga tidak patut terjadi

***

Menerapkan standar layanan sama memang masih jadi pekerjaan rumah di sektor layanan dan jasa di Bali. Ini karena masih banyak WNA yang dilayani lebih baik dibandingkan winus. Meskipun disatu sisi ternyata ada alasan khusus mengapa fenomena ini terjadi seperti keloyalan, keroyalan, dan fleksibilitas WNA lebih menonjol. 

Semoga Bermanfaat

--HIM--

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Halo Lokal Selengkapnya
Lihat Halo Lokal Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun