Fenomena ini yang bisa jadi alasan kuat mengapa beberapa kalangan lebih suka melayani wisatawan asing dibandingkan winus. Ini karena lebih menguntungkan jika ditawarkan dianggap masih murah karena di negaranya untuk produk atau layanan serupa harganya lebih mahal.Â
# WNA Lebih Fleksibel dan Profesional
Bukannya saya ingin memuji berlebihan WNA tapi kerap kali WNA masih fleksibel dan profesional. Contoh sederhana ketika mereka makan di restoran tiba-tiba di dalam makanan ada benda asing misalkan rambut atau hewan.Â
WNA biasanya akan memilih memanggil pelayan atau manager resto, menyampaikan masalah dan mencari solusi salah satunya meminta makanan diganti. Urusan selesai karena kedua pihak setuju terhadap solusi yang ditawarkan.Â
Berbeda dengan winus, menemukan kejadian serupa. Kita lebih suka langsung mengambil dokumentasi dan meng-upload ke sosial media. Bahkan dibumbui dengan caption yang menggiring opini. Mencari ketenaran dan jumlah dukungan dalam dunia maya lebih diutamakan dibandingkan menyampaikan langsung masalah ke pihak resto.Â
Alhasil kejadian yang sebenarnya bisa diselesaikan secara cepat dan profesional justru berujung viral. Dampaknya citra restoran rusak bahkan bisa ada tuntutan balik atas pencemaran nama baik dan sebagainya.Â
Di masyarakat kita, kondisi ini langsung emosi dan membuat konten kritikan sosial untuk menarik perhatian publik dan agar jadi viral. Kita mengesampingkan sisi kemanusiaan dan profesionalitas. Bayangkan karena viral, restoran akhirnya sepi dan tutup. Ada banyak pekerja kehilangan pekerjaan karena tindakan kita.Â
Aksi WNA terasa lebih bijak karena masalah diselesaikan secara internal. Pandangan bahwa kesalahan masih bisa diperbaiki serta ada solusi yang diberikan maka permasalahan tidak perlu berlanjut yang bisa merugikan salah satu pihak.Â
Ternyata budaya baru di masyarakat yang mencari popularitas di Sosial Media justru membuat orang sekitar lebih menghindari melayani warga lokal. Meskipun sebenarnya penerapan pelayanan berbeda juga tidak patut terjadi
***
Menerapkan standar layanan sama memang masih jadi pekerjaan rumah di sektor layanan dan jasa di Bali. Ini karena masih banyak WNA yang dilayani lebih baik dibandingkan winus. Meskipun disatu sisi ternyata ada alasan khusus mengapa fenomena ini terjadi seperti keloyalan, keroyalan, dan fleksibilitas WNA lebih menonjol.Â