Saat ini mulai banyak spanduk informasi yang dikeluarkan oleh Kepolisian Daerah Bali bekerja sama dengan berbagai instansi. Isi tulisan spanduk cukup menyita perhatian saya. Dituliskan dalam bahasa asing yang inti isinya berupa larangan untuk menaiki pohon ataupun tempat sakral di Bali.Â
Himbauan ini seakan ditujukan kepada wisatawan yang tengah berkunjung di Bali. Munculnya himbauan tidak terlepas dari banyaknya aksi wisatawan yang meresahkan masyarakat Bali.Â
Saya ingat aksi nekat bule yang menaiki pohon beringin hanya karena berniat membuat konten Tiktok. Padahal di Bali keberadaan pohon beringin dianggap sakral maka tidak jarang kerap diberikan sesajen khusus atau ada bangunan suci.Â
Tidak hanya itu ada juga aksi bule wanita yang sengaja berpose telanjang di salah satu pohon sakral di Bali. Akibat aksinya ini bule wanita ini selain mengalami deportasi dari Bali bahkan masyarakat setempat harus melakukan upacara Mecaru sebagai upacara pembersihan. Ini karena aksi bule tersebut telah mengotori area suci yang dikeramatkan oleh warga setempat.Â
Kejadian ini hanyalah sebagian kecil dari kelakuan nakal dari wisatawan selama di Bali. Kelakuan yang tidak hanya bikin geram warga lokal namun ada juga yang berdampak tidak baik bagi oknum pelaku.Â
Untuk itulah sangat penting menanamkan prinsip, nikmati alamnya dan hormati budaya nya saat berkunjung ke Bali. Ada beberapa hal yang mendasari pemikiran ini.Â
# 1. Lain Ladang Lain Belalang
Kita mungkin tidak asing dengan pepatah Lain ladang lain belalang, lain lubuk lain ikannya. Pepatah yang memiliki arti: setiap daerah memiliki adat istiadat berbeda serta satu aturan di suatu daerah bisa berbeda dengan aturan di daerah lain.
Contoh sederhana kasus pencurian dimana sanksi yang diberikan akan sangat berbeda. Ada daerah yang memberikan sanksi cukup mengembalikan barang yang hilang tersebut, ada yang memberi denda bahkan ada yang menerapkan sanksi berat hingga tangan dipotong.Â
Begitu pun daerah Bali. Mungkin di tempat lain naik ke atas pohon yang berusia tua seperti beringin bukanlah perkara besar namun di Bali akan berbeda. Masyarakat Bali menjunjung filsafat Tri Hita Karana dimana salah satunya menjaga lingkungan. Selain itu pohon Beringin juga dipercaya sebagai tempat tinggal makhluk tak kasat mata sehingga manusia perlu menjaga sikap dimanapun berada.Â